Kamis 30 Aug 2018 17:43 WIB

Ibu dengan Anak Kembar Terbukti Jarang Mendapat Dukungan

Ibu dengan anak kembar membutuhkan bantuan khususnya dari pihak keluarga

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ibu muda dan anak kembarnya.
Foto: Republika/Prayogi
Ibu muda dan anak kembarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekerjaan tersulit yang mungkin seseorang pernah terima adalah menjadi orangtua. Terutama bagi ibu yang baru melahirkan, apalagi bila memiliki anak kembar.

Dalam sebuah survei yang diterbitkan Mei lalu di Journal of Psychiatric Practice, orang tua yang memiliki setidaknya satu kelahiran kembar mengatakan mereka mengalami kesulitan terbesar selama tiga bulan pertama kehidupan si bayi kembar. Untuk penelitian itu, 244 orang tua kembar dan kelipatan lainnya (termasuk 197 ibu dan 44 pasangan) menyelesaikan serangkaian kuesioner tentang kesehatan mental selama periode pascapartum.

Para peneliti menemukan meskipun 48 persen dari peserta penelitian telah berjuang secara emosional setelah bayi mereka lahir, hanya sedikit yang mendapat bantuan psikologis. Asisten profesor psikologi Lafayette College di Easton, Susan J. Wenze mengatakan kecemasan dan stres adalah tantangan paling mendesak bagi orang tua.

“Namun kurang dari 10 persen dari orang tua menerima bantuan profesional,” ujar Wenze, dilansir dari National Public Radio, Kamis (30/8).

Orang tua dalam penelitian Wenze memberitahu merawat banyak bayi sekaligus cukup melelahkan. Belum lagi ditambah masalah biaya sehingga enggan menemukan ahli atau psikoterapi profesional.

Orang tua yang kelelahan mungkin mempertanyakan kemampuan psikoterapi untuk dapat mengurangi perasaan tertekan mereka. Tetapi laporan USPST yang terbitkan di pekan ini mengutip bukti yang menunjukkan jenis konseling khusus seperti terapi kognitif dan psikoterapi interpersonal dapat membantu wanita pulih dari depresi maternal.

Seorang ibu dari anak kembar, Crystal Duffy tidak pernah mencari pertolongan psikologi usai melahirkan. Namun, ia mengatakan dukungan keluarga membantu meningkatkan kesejahteraan emosionalnya.

Karena kurang tidur yang sangat parah, kata Duffy, orang tua sering membutuhkan bantuan di luar bulan-bulan pertama kehidupan bayi mereka.

“Jika kakek-nenek dan anggota keluarga dapat membantu pemberian makan malan dan mengganti popok, itu dapat membuat perbedaan dunia,” kata Duffy.

Bahkan jika orang tua calon bayi kembar telah membaca semua tentang tuntutan fisik mengasuh dua bayi, terapis mengatakan mereka sering kurang siap untuk menghadapi perasaan dilema.

Psikologis klinis Ruth Simon mengatakan ibu yang memiliki anak kembar sering membandingkan diri mereka dengan orang tua dari bayi tunggal dan mengatakan mereka merasa bersalah karena tidak memiliki banyak waktu untuk setiap anak.

“Karena mengasuh anak kembar jauh lebih sulit daripada satu bayi, ibu bisa merasakan kehilangan ketika tidak mengalami ‘momen ibu’ yang diharapkan,” ujar Simon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement