Rabu 29 Aug 2018 21:07 WIB

Cara Mengelola Stres Agar tak Menjadi Depresi

Depresi bisa dilihat dari tiga gejala utama.

Red: Nur Aini
Depresi. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Depresi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres, mengalami suasana hati buruk, atau merasa sedih atas kejadian yang kita alami adalah wajar. Hal itu karena manusia hidup berdampingan dengan hal-hal tersebut.

Hanya saja, apabila kondisi ini terus berlangsung hingga dua minggu ditambah keluhan lain seperti sulit berkonsentrasi, merasa masa depan suram, hingga ada keinginan bunuh diri, maka waspadalah karena ini mengarah pada depresi.

"Depresi itu ada tiga gejala utama yakni mood turun, energi hilang dan kehilangan minat. Lalu ditambah gejala tambahan seperti sulit berkonsentrasi, merasa masa depan suram, ada keinginan untuk bunuh diri, dan gejala menetap selama dua minggu," ujar psikiater dari Asosiasi Psikiatri Indonesia wilayah DKI Jakarta, Dr. Eva Suryani, Sp.KJ dalam Media Gathering Share Your Feelings di Jakarta, Rabu (29/8).

Agar tak menjadi depresi, Eva menekankan pentingnya mengatur stres dan suasana hati agar tak terus menerus memburuk. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah menyadari kekurangan dan kelebihan diri.

"Saya punya keterbatasan ini, kelebihan ini. Lalu kalau saya punya harapan lalu tidak bisa terpenuhi saya harus turunkan ekspektasi harapan itu," kata dia.

Sebaiknya pahami gejala dini stres dan penyebab Anda mengalaminya. Dalam hal ini Anda membutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik agar mampu menghadapi kondisi yang tak sesuai harapan Anda.

Kalaupun kondisi itu berkembang menjadi depresi ringan, mencurahkan isi hati pada seseorang yang Anda percaya bisa menjadi membantu. Apabila Anda merasa malu dan tak percaya pada orang lain, sekedar menulis isi hati pada buku harian bukan ide buruk.

"Untuk ringan, curhat sudah membantu karena kita merasa didengarkan, atau melalui tulisan misalnya menulis di buku diary. Itu bisa menjadi bentuk ekspresi, apalagi kalau Anda takut cerita Anda tersebar, khawatir di-judge," tutur Eva.

Jika tidak, Anda mencoba bercerita pada psikiater melalui aplikasi. VP Marketing Halodoc, Felicia Kawilarang mengatakan aplikasi chat bisa membantu orang yang masih merasa malu bercerita soal kondisi psikologisnya pada ahli kesehatan.

"Banyak orang masih malu datang sendiri ketemu psikolog, psikiater bisa chat. Ini untuk penanganan pertama saja. Kebanyakan orang yang malu, senang mengobrol dengan orang (ahli kesehatan) yang nggak dikenalnya," tutur dia dalam kesempatan yang sama.

Namun, jika gejala semakin berat maka meminta pertolongan psikiater menjadi rekomendasi Eva. Gejala itu seperti adanya dua hingga tiga gejala utama ditambah empat gejala tambahan semisal hilang minat untuk melakukan kegiatan yang biasanya disenangi, susah konsentrasi, pandangan masa depan suram dan gagasan untuk bunuh diri, dan ini berdampak nyata pada kehidupan,

"Kalau gejala makin berat sebaiknya tatap muka langsung," saran Eva yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement