Senin 27 Aug 2018 17:33 WIB

Satu dari 50 Orang Temukan Jodoh di Pesawat

Tak hanya cinta, pelancong juga temukan mitra bisnis dan teman di pesawat

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Travelling
Foto: Dailymail
Travelling

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah survei baru mengatakan satu dari 50 orang yang melakukan perjalanan dengan pesawat menemukan jodoh mereka. Hal ini bisa menjadi pendorong kuat untuk seseorang semakin sering melakukan perjalanan.

Survei yang dilakukan HSBC meminta kerterlibatan lebih dari 5.000 pelancong di seluruh dunia. Mereka diminta untuk mengungkapkan tentang pengalaman penerbangan dan koneksi penerbangan yang mereka buat.

Baca: 8 Tip Raih Foto Berkualitas dan Instagramable Kala Traveling

Hasil dari survei tersebut mengungkapkan, kalau satu dari setiap 50 wisatawan telah bertemu dengan cinta di pesawat. Survei ini dilakukan pada Juli 2018 dan mencakup tanggapan dari wisatawan di 141 negara yang berbeda.

Melalui survei ini pun ditemukan 16 persen wisawatan telah membentuk koneksi bisnis pada penerbangan. Sementara 14 persen membuat persahabatan jangka panjang dengan orang-orang yang mereka temui saat terbang.

Bahkan sebanyak 51 persen responden mengatakan, mereka pernah berbicara dengan orang asing selama penerbangan. Cara ini yang membuat mereka bisa terkoneksi dengan keuntungan-keuntungan selanjutnya, termasuk menemukan pasangan.

Salah satu studi statistik tentang wisatawan Amerika Serikat pun menguatkan survei tersebut. Sebab, hasil dari studi itu mengungkapkan rata-rata dua pasangan AS bertemu pada penerbangan, dikutip dari Travelandleisure, Senin (27/8).

Sayangnya yang patut diingat, perjalanan atau traveling diperkirakan akan menjadi lebih mahal pada 2019. Menurut Perkiraan Perjalanan Global edisi tahunan kelima yang diterbitkan oleh GBTA dan CWT, biaya penerbangan dan hotel diperkirakan akan meningkat.

Baca: Ceruk Baru Rintisan Bernama Pelancong Milenial

Penerbangan jarak jauh akan menjadi tren perjalanan udara lainnya pada 2019. Tetapi, faktor-faktor, seperti kenaikan harga minyak dan kurangnya pilot, diperkirakan akan meningkatkan harga tiket pesawat tahun depan di hampir semua kawasan global.

Dilansir dari Malay Mail, Kamis (26/7), di Eropa Barat, misalnya, biaya perjalanan udara meningkat 4,8 persen. Peningkatan terlihat jelas di Norwegia (11,5 persen), Jerman (7,3 persen), Prancis (6,9 persen), dan Spanyol (6,7 persen). Namun, Eropa Timur dan negara-negara Timur Tengah dan Afrika kemungkinan akan mengalami penurunan biaya masing-masing sebanyak 2,3 persen dan dua persen.

Di kawasan Asia Pasifik, harga penerbangan diperkirakan naik 3,2 persen dengan permintaan perjalanan ke Cina tetap tinggi. Pada 2020, Cina diprediksi menjadi pasar perjalanan udara terbesar di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement