Senin 27 Aug 2018 02:28 WIB

Penderita Penyakit Autoimun di Indonesia Semakin Banyak

Selain faktor genetik, salah satu penyebab autoimun adalah kekurangan Vitamin D.

Lupus Syndrome   (ilustrasi)
Foto: Republika/WIhdan Hidayat
Lupus Syndrome (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Para dokter dan masyarakat diminta mewaspadai autoimun, yakni penyakit yang diakibatkan adanya gangguan sistim imun yang semakin banyak terjadi di Indonesia. Selain faktor genetik, salah satu penyebab autoimun adalah kekurangan Vitamin D.

"Sehingga, biasanya atau dulunya menyerang warga di negara non-tropis. Namun sejalan dengan perkembangan waktu dan pola hidup,  penderita autoimun sudah banyak di negara tropis termasuk Indonesia," ujar dokter ahli autoimun, Dr. dr Iris Rengganis,Sp.PD, KAI FINASIM di Medan, Ahad (26/8).

Dia mengatakan itu usai seminar mengangkat penyakit autoimun dengan tema 'Good Doctor for Better Autoimmune Treatments' di Grha Prodia Medan. Seminar yang diikuti 12O dokter dari berbagai daerah diharapkan bisa semakin memperluas pengetahuan dokter tentang autoimun sehingga bisa menekan angka penderita autoimun di Indonesia. Seminar di Medan merupakan kota ke-13 dari rencana 18 kota.

Menurut Iris, autoimun belum menjadi penyakit yang disadari masyarakat karena selain gejalanya tidak khusus, juga karena penyakit itu banyak jenisnya atau sekitar 80 ragam. "Masih sering diketahui adalah Systemic Lupus Erythematosus/Lupus dengan angka penderita yang terus naik atau 0,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia," katanya.

Dengan seminar, diharapkan para dokter khususnya di daerah bisa mengetahui lebih banyak tentang autoimun sehingga bisa menekan angka kematian dampak penyakit ini. Masyarakat juga diharapkan bisa menjaga diri dan mengetahui penyakit autoimun,

Dia menyebutkan, karena autoimun salah satunya disebabkan kekurangan Vitamin D, maka harusnya masyarakat bisa melakukan dengan rajin berjemur di pagi hari atau lebih baiknya sebelum pukul 11.00 WIB.

Dokter spesialis autoimun lainnya Dr.dr. Blondina Marpaung, Sp.PD., KR mengatakan, penyakit autoimun lebih banyak menyerang wanita. "Penyakit autoimun biasanya terjadi di usia produktif sehingga harus diwaspadai,"katanya.

Di Indonesia, prevalensi defisiensi Vitamin D pada wanita berusia 45 hingga  55 tahun mencapai 50 persen.

Penelitian di Indonesia dan Malaysia, defisiensi Vitamin D sebesar 63 persen terjadi pada wanita usia 18-40 tahun.

Dengan semakin banyaknya penderita autoimun, maka para dokter dan masyarakat harus lebih mengetahui banyak dan peka dengan penyakit itu.

Product Specialist Prodia, Gianni Yosephine menyebutkan Prodia menyediakan pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis para dokter tentang penyakit autoimun itu.

"Bahkan Prodia memiliki laborotorium yang bisa memeriksa hasil pemeriksaan lanjutan penyakit autoimun itu,"katanya.

Prodia juga  melayani pemeriksaan Vitamin D-25 OH Total untuk memeriksa kecukupan Vitamin D dalam tubuh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement