Kamis 23 Aug 2018 12:04 WIB

Profesor Harvard Bantah Klaim Sehat Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan minyak jenuh yang bisa berefek buruk ke kesehatan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Minyak kelapa.
Foto: Pixabay
Minyak kelapa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minyak kelapa menjadi naik daun setelah dinilai memberikan manfaat pada banyak hal. Namun, ternyata, anggapan itu dibanting oleh profesor di Harvard.

Dr Karin Michels dari Sekolah Kesehatan Publik Harvard menyatakan, mengagung-agungkan minyak kelapa dalam penggunaan sehari-hari merupakan kesalahan. Dia meremehkan kepercayaan populer kalau bahan tersebut adalah ramuan pelangsing serta mampu disebut berkhasiat meningkatkan kekuatan otak.

"Minyak kelapa adalah racun murni. Ini adalah salah satu makanan terburuk yang bisa kamu makan," kata kata profesor Harvard itu, dikutip dari News.com.au, Kamis (23/8).

Peringatan ini dapat menjadi kejutan bagi pengguna dan penganjur penggunaan minyak kepala. Banyak orang menggunakan bahan tersebut tidak hanya untuk memasak, namun hingga memadukannya ke dalam secangkir kopi pagi.

Baca juga: Minyak Goreng untuk Penderita Hipertensi

Penggemar kopi minyak kelapa ini atau disebut "kopi antipeluru" mengklaim dengan mencapur dua jenis tersebut dapat mengurangi rasa lapar. Mereka pun merasa terbantu mengalahkan kabut otak pasca-bangun.

Beberapa penggemar bahkan percaya sesendok minyak kelapa dapat mencegah radang gusi dan sinusitis. Sebab itu mereka menghabiskan 10 menit sehari berkumur dengan minyak kelapa atau sebuah kebiasaan yang dikenal sebagai "oil pulling".

Michels bukanlah ahli pertama yang menentang status dugaan minyak sebagai makanan ajaib. American Heart Association menyarankan agar tidak mengonsumsi terlalu banyak pada bulan Juni 2017. Sebuah penelitian menemukan semua lemak jenuh, terlepas dari sumbernya termasuk yang dihasilkan minyak kelapa, merusak kesehatan jantung.

Hanya karena berasal dari tanaman bukan berarti itu baik seluruhnya untuk tubuh. Studi yang sama menunjukkan minyak kelapa yang 82 persen lemak jenuh, sebenarnya kandungannya lebih banyak daripada mentega yang hanya 63 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement