Senin 20 Aug 2018 10:29 WIB

KDRT terhadap Ibu Hamil Picu Kelahiran Prematur

Butuh intervensi untuk mengurangi kekerasan pada ibu hamil.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ibu hamil
Foto: corbis.com
Ibu hamil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), berupa serangan fisik yang diterima ibu selama masa kehamilan, terutama di trimester ketiga secara signifikan bisa memicu kelahiran bayi prematur. Menurut penelitian Princeton University, Stanford University, dan Michigan University, berat badan bayi yang lahir berpotensi sangat rendah.

Gabungan peneliti dari ketiga universitas bergengsi ini mengumpulkan catatan kelahiran di lokasi kejahatan dan penyerangan yang paling banyak dilaporkan New York City Police Department (NYPD), Amerika Serikat. Ada setidaknya 200 ribu insiden KDRT pada 2017 yang menjadi bahan penelitian.

Untuk memahami jumlah korban KDRT pada masa kehamilan, peneliti membandingkan jumlah wanita yang mengalami kekerasan selama kehamilan dengan wanita yang mengalami kekerasan setelah melahirkan. Peneliti menemukan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang mengalami KDRT selama masa kehamilan 66 persen lebih mungkin terlahir dengan berat badan rendah dan 39 persen terlahir prematur.

"Angka ini memang lebih rendah dibanding ibu yang mengalami KDRT setelah bersalin. Namun, KDRT setelah bersalin juga sama-sama mengerikan," kata salah seorang peneliti, Janet M Currie, dilansir dari Mid Day, Senin (20/8).

Tujuan riset ini adalah menyoroti korban KDRT pada ibu hamil dan bayi. Ini membutuhkan intervensi mengingat peneliti memperhitungkan tingkat kematian bayi yang tinggi, peningkatan biaya medis pascapersalinan, peningkatan biaya terkait cacat masa kanak-kanak, penurunan pendapatan orang tua, peningkatan biaya medis terkait cacat pada perempuan, dan penurunan angka harapan hidup.

"Intervensi untuk mengurangi kekerasan terhadap ibu hamil perlu dilakukan. Konsekuensinya bukan hanya untuk wanita, namun juga pasangan mereka, anak mereka, dan masyarakat," kata Currie.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi konsekuensi jangka panjang dari KDRT selama amsa kehamilan dikaitkan dengan perkembangan fisik dan psikis anak, juga kesejahteraan ibu. Hasil penelitian ini sudah diterbitkan di Jurnal National Bureau of Economic Research AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement