Rabu 15 Aug 2018 01:46 WIB

Awas, 5 Mitos Seputar Vitamin Ini Bisa Menyesatkan

Ada banyak informasi keliru seputar vitamin yang diyakini oleh masyarakat.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sebutir tomat pasok 40 persen kebutuhan harian minimum vitamin C.
Foto: EPA
Sebutir tomat pasok 40 persen kebutuhan harian minimum vitamin C.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vitamin merupakan salah satu zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan asupan vitamin dapat menyebabkan masalah kesehatan yang mengganggu.

Tak heran jika beragam suplemen vitamin menjadi salah satu opsi populer untuk memenuhi kebutuhan vitamin di kalangan masyarakat. Meski bermanfaat, ahli vitamin asal Australia Dr Derek Muller mengungkapkan ada beragam informasi keliru seputar vitamin dan suplemen yang diyakini oleh masyarakat. 
 
Informasi keliru ini tentu dapat merugikan masyarakat jika tidak dikoreksi. Muller mengungkapkan setidaknya ada lima mitos seputar vitamin dan suplemen yang tak perlu dipercaya oleh masyarakat. Berikut ini adalah kelima mitos tersebut seperti dilansir Mail Online.
 
photo
Pilek/ilustrasi
Mitos 1: Vitamin C Bisa Menghentikan Pilek
Sebagian orang mungkin akan mencari dan mengonsumsi vitamin C ketika terkena pilek. Suplemen atau minuman vitamin C dipercaya dapat meredakan gejala-gejala pilek yang mengganggu.
 
Faktanya, Muller mengatakan vitamin C tidak memiliki dampak besar untuk mengatasi pilek. Konsumsi suplemen vitamin C setiap hari sebagai upaya pencegahan memang dapat membuat gejala dan durasi pilek menjadi lebih ringan.
 
Akan tetapi, konsumsi vitamin C tidak bisa meningkatkan imunitas tubuh supaya tidak terkena pilek. Orang yang mengonsumsi vitamin C secara rutin tetap bisa terkena pilek seperti orang lain pada umumnya. Jumlah vitamin C yang dibutuhkan oleh orang dewasa adalah 45 mg per hari. Kelebihan asupan vitamin C akan dibuang melalui urin.
 
Mitos 2: Tidak Mungkin Overdosis Vitamin
Sebagian orang mungkin tidak menyangka jika konsumsi 'overdosis' vitamin bisa terjadi. Faktanya, konsumsi vitamin yang melebihi kebutuhan harian dapat menyebabkan overdosis vitamin terjadi.
 
Sebagai contoh, vitamin A, D, E dan K merupakan vitamin larut lemak yang akan tersimpan di dalam tubuh. Jika dikonsumsi dalam dosis tinggi, vitamin-vitamin ini dapat menimbulkan risiko toksisitas yang lebih besar.
 
Muller mengatakan ada satu kasus di mana seorang ibu memberi asupan vitamin D berlebih pada anak perempuannya yang masih berusia lima bulan. Anak ini akhirnya harus dirawat di rumah sakit selama 10 hari.
 
"Kadar vitamin D anak itu tidak kembali normal dalam satu setengah tahun karena menumpuk di dalam tubuhnya," kata Muller.
 
photo
Makanan menarik, sehat dan bergizi untuk anak (ilustrasi).
Mitos 3: Vitamin Hanyalah Urin yang Mahal
Tidak semua kelebihan vitamin yang masuk ke dalam tubuh akan terbuang melalui urin. Kelebihan vitamin larut air seperti vitamin B dan C memang akan terbuang melalui urin jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Akan tetapi, beberapa vitamin lain bisa tersimpan di dalam tubuh jika dikonsumsi secara berlebih.
 
Sebagai contoh, vitamin A yang merupakan vitamin larut lemak. Kelebihan vitamin A yang masuk ke dalam tubuh akan tersimpan di dalam hati. Seiring berjalannya waktu, akumulasi kelebihan vitamin A yang menumpuk di dalam hati bisa menyebabkan kondisi serius dan mengancam jiwa bernama hypervitaminosis A. Jumlah asupan vitamin A yang disarankan untuk laki-laki dan perempuan dewasa adalah 0,9 mg dan 0,7 mg.
 
Mitos 4: Anda Perlu Mengonsumsi Multivitamin
Multivitamin memang memiliki beragam manfaat. Akan tetapi multivitamin tidak bisa menggantikan peran dan manfaat dari pola makan yang bergizi. Konsumsi buah, sayuran hingga gandum utuh yang cukup dan seimbang merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan vitamin tubuh.
 
Mitos 5: Vitamin Berbeda dengan Obat Resep Dokter
Sebagian orang meyakini tak ada yang salah dari mengonsumsi suplemen vitamin. Alasannya, suplemen vitamin merupakan suplemen kesehatan.
 
Padahal, Dr Muller mengatakan akan jauh lebih baik jika setiap orang berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan profesional sebelum mengonsumsi suplemen vitamin. Dengan begitu, mereka akan lebih memahami manfaat dan risiko dari mengonsumsi suplemen vitamin tersebut.
 
"(Suplemen vitamin) merupakan buatan manusia, dari pabrik, mereka memiliki risiko dan manfaat, dan ini bukan hanya sekedar sesuatu yang bisa dianggap biasa-biasa saja," jelas Muller.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement