REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bawang putih sering digunakan sebagai antibiotik atau pengobatan alami. Salah satu khasiatnya mengobati infeksi virus.
Namun, Anda perlu memahami cara mengolah bawang putih agar obatnya bekerja alami dan mendapatkan khasiat penuh. Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya dihindari saat menggunakan bawang putih sebagai obat, dilansir dari Daily Health Post, Jumat (27/7).
1. Memasak bawang putih
Bawang putih yang dimasak menjadi penyedap dan meningkatkan cita rasa masakan. Namun, ketika tujuannya untuk obat, bawang putih yang dimasak kehilangan beberapa bahan aktif, yaitu alicin, senyawa mengandung sulfat yang ditemukan dalam bawang putih mentah.
Alicin diaktifkan ketika bawang putih mentah dicincang, dihaluskan, atau dikunyah. Alicin menjadi nonaktif ketika dipanaskan atau dimasak. Cara terbaik mengonsumsi bawang putih untuk mendapatkan penyembuhan maksimum adalah memakannya mentah-mentah 10 menit setelah dihaluskan atau dipotong.
2. Dalam bentuk pil
Banyak orang tidak suka bau dan rasa bawang putih mentah sehingga memilih mengonsumsinya dalam bentuk pil. Sayangnya, ini kurang bagus untuk obat.
Bawang putih kering sering kali diberi perlakuan panas sehingga menghancurkan bahan aktif alicin di dalamnya, sebagaimana dimasak. Untuk hasil terbaik, bawang putih yang belum dimasak adalah yang terbaik.
3. Bawang putih tidak segar
Bawang putih segar adalah pilihan sehat dibanding bawang putih yang sudah lama. Anda bisa mengetahui apakah bawang putih segar atau tidak dengan mengirisnya di bagian tengah. Jika ada garis atau strip hijau di tengahnya, maka itu adalah bawang putih segar.
4. Konsumsi dalam jumlah kurang
Dosis terapeutik bawang putih didapat jika dikonsumsi dalam jumlah cukup. Satu siung bawang putih sehari tidak memberi dampak optimal untuk melawan infeksi. Anda sebaiknya mengambil dua atau tiga siung bawang putih per hari untuk manfaat kesehatan maksimal.
5. Tanpa probiotik
Sebagai antibiotik alami, bawang putih biasanya menipiskan jumlah bakteri baik sehingga dalam kondisi tertentu bisa mengganggu keseimbangan usus halus.
Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mengonsumsi makanan atau minuman fermentasi yang mengandung pribiotik. Ini untuk mengisi kembali bakteri baik dalam usus Anda. Bentuknya bisa berupa kombucha, yogurt, kefir, sayuran yang difermentasi, seperti sauerkraut dan kimchi, atau miso.