Senin 23 Jul 2018 11:10 WIB

Bad Mood Bisa Tingkatkan Produktivitas

Bad mood menurut studi terbaru dapat membantu orang untuk fokus.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Suasana kantor. Ilustrasi
Foto: Reuters
Suasana kantor. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WATERLOO -- Berdasarkan sebuah penelitian baru, merasa sedih atau sedang bad mood dapat membantu beberapa orang untuk fokus, mereka dapat mengatur waktu, lebih memprioritaskan tugas dan meningkatkan produktivitas mereka.

Bahkan, para peneliti menemukan suasana hati yang baik dapat menghambat ketepatan waktu, dan keterampilan organisasi. Namun, ini hanya berlaku untuk ekstrovert, sementara introvert akan terhenti ketika mereka merasa suram.

Penelitian, yang dilakukan oleh Tara McAuley, seorang profesor psikologi di University of Waterloo, dan Martyn S. Gabel, kandidat PhD, mengeksplorasi bagaimana 95 orang mengatasi tuntutan, dan tekanan setiap hari, tergantung pada suasana hati mereka.

"Hasil kami menunjukkan bahwa ada beberapa orang yang memiliki suasana hati yang buruk yang sebenarnya dapat mengasah keterampilan berpikir yang penting untuk kehidupan sehari-hari," kata McAuley, dilansir dari laman Daily Mail, Senin (23/7).

Peneliti berfokus pada reaktivitas emosional-sensitivitas, intensitas dan durasi tanggapan emosional yang terkait dengan suasana hati. Hal-hal ini adalah faktor-faktor penentu yang memengaruhi apa yang disebut berfungsi efektif atau kemampuan untuk melaksanakan tugas.

Mereka memecah kelompok ke dalam kategori reaktivitas emosional, orang yang reaktif tinggi dan orang-orang yang reaktif rendah. Individu yang reaktif tinggi (ekstrovert) adalah orang-orang yang memiliki respons emosional yang cepat, intens, dan bertahan lama, sementara orang yang reaktif rendah (introvert) lebih santai.

Dalam penelitian, ekstrovert melakukan lebih baik pada tugas-tugas fungsi eksekutif ketika mereka berada dalam suasana hati yang buruk. Sementara itu, orang yang reaktif rendah menunjukkan efek sebaliknya, kemampuan mereka akan terhenti ketika suasana hatinya sedang buruk.

"Kami tahu bahwa reaktivitas emosional berbeda dari orang ke orang mulai pada usia yang sangat dini dan bahwa perbedaan individu ini memiliki implikasi bagi kesehatan mental di kemudian hari," ujarnya.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan hubungan, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang reaktif tinggi lebih terbiasa mengalami emosi negatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement