Kamis 19 Jul 2018 22:43 WIB

Terus Bermain Internet Tingkatkan Risiko Anak Terkena ADHD

Peneliti meyakini mereka yang menggunakan internet berisiko alami ADHD

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak bermain dengan gawai.
Foto: Pixabay
Anak bermain dengan gawai.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Keberadaan gawai seperti ponsel pintar atau gawai secara otomatis meningkatkan frekuensi kita terhubung dengan internet. Membuka media sosial, membaca berita daring, atau mengecek notifikasi adalah aktivitas yang bisa dilakukan berkali-kali dalam sehari. Namun di balik aktivitas mengasyikkan tersebut rupanya ada risiko yang mengancam. 

Studi yang dipublikasikan di Journal of The American Medical Association, mengungkap remaja yang menggunakan internet terlalu sering punya risiko lebih tinggi terkena gejala ADHD. ADHD adalah singkatan dari attention deficit hyperactivty disorder yang merujuk pada perilaku menurunnya perhatian dan cenderung hiperaktif. 

Pada mulanya ADHD ditengarai berasal dari faktor genetis, paparan racun saat ibu mengandung, dan cedera otak. Tetapi seiring perkembangan zaman, paparan internet rupanya juga bisa menjadi biang keladi ADHD. 

Penelitian itu melibatkan 2.587 remaja usia SMA di Los Angeles. Mereka yang menggunakan internet dalam 14  aktivitas berbeda berkali-kali dalam sehari dengan intensitas tinggi ternyata lebih berisiko mengalami gejala ADHD. Aktivitas-aktivitas tersebut mencakup membuka media sosial, mengirim pesan, video, foto, blog, atau mengunggah status. Lebih dari separuh partisipan yang terlibat dalam survey ter- log in di platform media sosial dan mengirim pesan berkali-kali dalam satu hari. 

Sepuluh dari 14 aktivitas secara signifikan berkorelasi dengan gejala ADHD seperti menyebabkan kesulitan menyelesaikan tugas dan tidak dapat menuntaskan masalah. Laporan adanya gejala itu diukur dalam jangka waktu enam bulan sampai dua tahun. 

Risiko meningkat hingga 11 persen di setiap aktivitas yang terhubung internet di mana para murid kerap melakukannya dalam intensitas tinggi. Remaja yang terlibat dalam tujuh dari 14 aktivitas  internet menunjukkan kecenderungan gejala ADHD dua kali lebih besar daripada yang tidak. 

"Penelitian ini menumbuhkan kesadaran baru mengenai efek yang ditimbulkan perkembangan teknologi terhadap munculnya gejala ADHD. Kami tidak menyatakan bahwa internet menyebabkan ADHD. Akan tetapi kami menemukan risiko ADHD akan meningkat pada remaja yang kecanduan internet," terang Adam Leventhal selaku ketua tim peneliti sekaligus Direktur USC Health, Emotion, & Addiction Laboratory dilansir dari Mashable.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement