REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tradisi menghitung angsa yang dimiliki oleh Ratu Elizabeth Inggris dimulai kemarin. Upacara tahunan 'swan upping' yang sudah berusia 800 tahun di zaman modern telah menjadi sarana pelestarian satwa liar.
Tradisi 'upping' terbagi dalam tiga tim. Satu yang mewakili Ratu dan yang lain asosiasi perdagangan lama dari Vintners dan Dyers, patroli Sungai Thames di Inggris selatan. Selama lima hari mereka menangkap, menandai, dan melepaskan setiap keluarga angsa dengan anaknya.
Hari 'upping' kembali ke abad ke-12 ketika mahkota Inggris pertama mengklaim kepemilikan semua angsa, Ketika itu angsa dianggap makanan lezat yang akan disajikan di jamuan makan kerajaan. Orang Inggris tidak lagi makan angsa dan burung-burung dilindungi oleh hukum.
Putri Anne melihat angsa dan anak angsa saat tradisi 'swan upping' atau sensus populasi angsa di Sungai Thames, London, (17/7).
Hitungan tahun lalu menunjukkan ada 132 burung angsa muda baru di Sungai Thames. Angka itu membalikkan tren menurunnya jumlah angsa di 'upping' sebelumnya
Tim 'upping' Ratu tahun ini mengenakan kemeja merah dihiasi logo kerajaan. Tahun ini tim dipimpin seorang swan marker David Barber.
"Undang-undang menyatakan bahwa ratu bisa memiliki angsa yang berenang di perairan terbuka jika ia menginginkannya, tetapi ia terutama menegakkan aturan itu di Sungai Thames," kata Barber. "Hari ini tradisi 'upping' adalah tentang konservasi dan pendidikan," lanjutnya.
Sekolah-sekolah diundang untuk melihat pergantian pada jarak dekat. Saat itu burung-burung diikat dengan nomor identifikasi individu untuk tujuan konservasi, dilansir dari Malay Mail, Rabu (18/7).