Senin 16 Jul 2018 11:22 WIB

Dorong Wisata Halal dengan Promosikan Masjid Tua

Kunjungan ke masjid tua dan bersejarah bagian dari agenda penting wisata halal.

Pegiat wisata halal Mira Achiruddin di depan Masjid Agung Banten Lama.
Foto: Dok Mira Achiruddin
Pegiat wisata halal Mira Achiruddin di depan Masjid Agung Banten Lama.

REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wisata Muslim atau wisata halal kini makin berkembang. Tidak hanya di negara-negara Muslim atau berpenduduk mayoritas Muslim, tapi juga di negara-negara non-Muslim atau minoritas Muslim. Sebut saja Thailand, Korea dan Jepang, serta sejumlah negara di Eropa.

Ciri khas wisata Muslim adalah mengunjungi destinasi wisata yang menarik dan baik, menu makanan halal dan menjaga shalat. “Ketiga hal tersebut tidak terpisahkan dalam wisata Muslim,” kata pegiat wisata halal, Mira Achiruddin kepada Republika.co.id, Ahad (15/7).

Karena itu, Mira menambahkan, masjid merupakan salah satu destinasi penting dalam wisata Muslim. “Jadwal perjalanan wisata Muslim selalu memasukkan agenda shalat di masjid, terutama shalat Zhuhur dan Ashar. Sedangkan shalat Maghrib, Isya dan Shubuh bisa dilaksanakan di hotel,” paparnya.

Terkait masjid, kata Mira, tidak hanya menjadi tujuan untuk keperluan shalat, akan tetapi juga menjadi destinasi wisata Muslim tersendiri. “Mengunjungi masjid tertentu,  terutama masjid bersejarah, masjid tua, masjid ikon di suatu kota atau daerah dan sebagainya, merupakan salah satu destinasi wisata Muslim yang sangat menarik,” tutur Muslim traveller yang hobi mengunjungi masjid-masjid tua dan bersejarah di Indonesia maupun manca negara.

Mira yang juga seorang penyair sufi mengaku senang menyambangi masjid tua dan bersejarah sejak tahun 2016.  “Mengapa saya suka mengunjugi masjid tua dan bersejarah, karena saya merasakan kedamaian ketika mengunjungi masjid-masjid tersebut. Sekaligus tempat berkontemplasi diri. Di samping itu, saya  dapat melakukan napak tilas dan lebih menghargai perjuangan para pendahulu yang telah giat menyebarkan agama Islam, khususnya  di Tanah Air tercinta,” paparnya.

Mira berpendapat, wisata Muslim domestik perlu memasukkan kunjungan ke masjid tua dan bersejarah sebagai bagian dari agenda perjalanan mereka. “Alangkah indahnya jika tiap kota di Tanah Air lebih giat mempromosikan situs-situs masjid tua yang bersejarah, dan  memelihara suasana masjid lebih nyaman dan indah. Sehingga,  turis lokal dan manca negara tertarik untuk mengunjunginya. Selain itu,  bisa menambah pemasukan pendapatan bagi kota tersebut,” tuturnya.

Dalam dua tahun terakhir, Mira telah mengunjungi sejumlah masjid tua dan bersejarah di Tanah Air. Sebut saja,  Masjid Katangka di Sulawesi Selatan;  Masjid Agung di Sumatera Selatan;  Masjid Agung Sang Cipta Rasa di kota Cirebon, Jawa Barat; Masjid Agung Banten Lama di Banten, Provinsi Banten; dan  Masjid Jami Al-Anwar di Bandar Lampung.

Ia juga pernah mengunjungi sejumlah masjid tua dan bersejarah di luar negeri. Misalnya, Masjid Camii di Tokyo, Jepang; Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah di Brunai Darussalam;  Masjid Selat Melaka di Negeri Melaka,  Malaysia; serta   Masjid Sultan dan Masjid Al-Falah di Singapura.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement