Senin 09 Jul 2018 19:53 WIB

Wisata Religi di Istanbul (2-Habis)

Museum Ayasofya konon sedang direncanakan untuk diubah lagi sebagai masjid.

Rep: Arif Supriyono/ Red: Indira Rezkisari
Museum Ayasofya, Istanbul, Turki.
Foto: Republika/Arif Supriyono
Museum Ayasofya, Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebesaran Negara Turki memang tak lepas dari kekuasaan Kesultanan Usmaniyah atau Kesultanan Turki. Ada pula yang menyebut Kesultanan Turki Usmani. Nama resminya adalah Negara Agung Usmaniyah. Negara-negara Barat menyebutnya sebagai Kekaisaran Usmaniyah atau Ottoman.

Awal mula kesultanan ini berasal dari  Kekaisaran Turki yang didirikan oleh Usman Bey dari suku Turki pada 1299. Ibu kotanya pun berpindah-pindah, mulai dari Sogut, Bursa, Adrianopel, hingga Konstantinopel. Nama Konstantinopel kemudian berubah menjadi Istanbul.

Perpindahan ibu kota terjadi setelah Kaisar Mahmud II mampu menaklukkan Konstantinopel pada 1453. Sejak itu pula nama kekaisaran berubah menjadi kesultanan.

Meski ibu kota Turki ada di Ankara, Istanbul sampai kini tetap menjadi kota/provinsi terbesar dengan penduduk sekitar 22 juta orang. Jejak sejarah kebesaran Turki pun tetap kokoh berdiri di Istanbul, termasuk monumen keagamaan yang memperlihatkan kemajuan negeri itu pada zaman dulu. Republika.co.id bersama beberapa awak media televisi dalam negeri mendapat undangan maskapai Turkish Airlines untuk melihat beberapa jejak keislaman di Turki.

photo
Museum Ayasofya, Istanbul, Turki.

Museum Ayasofya

Lokasi Ayasofya persis di hadapan Masjid Sultan Ahmat dan berdekatan pula dengan Istana Topkapi. Ayasofya atau Hagia Sophia dibangun oleh Kaisar Konstantinopel (Bizantium) sebagai basilika atau tempat pertemuan. Basilika ini lau beralih fungsi sebagai gereja katedral dengan nama Megala Ekklesia. Pada abad V, nama gereja itu berubah menjadi Divine Wisdom atau Santa Sophia alias Haga Sophia/Ayasofya.

Gereja itu sempat dibakar pada tahun 404, namun dibangun kembali oleh Kaisar Theodosius pada 415. Sempat pula dirusak oleh pasukan Nica, gereja itu dibangun lagi atas inisiatif Theodora, istri dari Kaisar Justinianus.  

Dinding luar bangunan ini terbuat dari batu bata berlapis dan tebal yang telah disemen/plester. Beberapa bagian luar dinding tampak keropos atau rontok. Namun, bagian dalam gedung terlihat kokoh yang dinding-dindingnya terbuat dari marmer dan saat ini sedang dalam rehabilitasi.

Ada empat menara di sekeliling museum. Ornamen di dalam museum ini berupa mosaik dari beberapa tokoh dalam Injil. Ada mosaik tentang Maria, Yesus, maupun kaisar-kaisar Johanes, Alexander, dan lain-lain.

Pada era kejayaan Kesultanan Turki Usmani, gereja ini beralih fungsi menjadi Masjid Haga Sophia/Ayasofya. Sultan-sultan Turki Usmani sama sekali tidak merusak bangunan ini. Hanya ada beberapa bagian mosaik yang direkayasa. Gambar Yesus dengan latar belakang salib, misalnya, ditutup agar tak terlihat. Pada bagian dalam dibuat bangunan kecil tempat muazin melakukan azan.

Pemandangan paling unik adalah gambar mosaik Maria/Siti Maryam yang berada persis di atas mihrab (tempat imam memimpin salat). Mosaik Maria itu tetap dibiarkan terlihat dan diapit oleh tulisan Allah di sisi kanan dan Muhammad di sisi kiri. Saat pemerintahan Mustafa Kemal Pasha/Kemal Ataturk, fungsi Ayasofya diubah sebagai museum. Konon kini pemerintah Turki akan mengupayakan agar Ayasofya kembali menjadi masjid.

photo
Museum Khora, Istanbul, Turki.

Museum Khora

Riwayat Museum Khora nyaris sama seperti Ayasofya. Monumen ini dibangun oleh Kaisar Theodorus dari Konstantinopel atau Bizantium pada tahun 534. Sempat rusak karena gempa bumi pada abad 12, gereja ini dibangun lagi atas anjuran Maria Dukaina, ibu mertua dari Kaisar Alexi Comnenos.

Meski Kesultanan Turki Usmani berkuasa, hingga masa pemerintahan Sultan Mahmud, bangunan ini tetap berfungsi sebagai gereja. Namun, atas usulan penasihat Sultan Beyzit II bernama Hadim Ali, karena tidak ada jamaahnya lagi, gereja itu berubah fungsi pada 1511 menjadi masjid tanpa merusak kondisi yang sudah ada. Kemudian dibautlah menara dan sekolah madarasah.

Lokasi Museum Khora ada di pinggiran Istanbul dan berdempetan dengan kawasan permukiman. Ornamen dalam bangunan itu berupa mosaik tentang kisah cerita yang ada dalam Injil. Setelah tumbangnya Kesultanan Turki Usmani, bangunan seluas 20m x 28m denngan tinggi 50 m ini berubah menjadi museum. Karena banyak kerusakan, museum ini sekarang sedang diperbaiki.

Selain keempat lokasi wisata religi itu, masih ada satu lagi yakni Museum Turki dan Seni Islam yang dibangun selama 15 tahun dan baru selesai pada 1983. Museum ini berisi sejarah perjalanan Islam, mulai zaman Khulafaur Rasyidin (empat khalifah: Abubakar Sidik, Usman bin Affan, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib) hingga Kesultanan Turki Usmani. Ada pula riwayat karya seni/budaya Islam serta barang-barang peninggalan Nabi Muhammad (gigi, rambut, jejak langkah, dan barang lainnya).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement