Jumat 06 Jul 2018 15:55 WIB

Zat Kimia dalam Tabir Surya Ancam Kesehatan

Penelitian menunjukkan zat kimia dalam tabir surya dapat menganggu hormon.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nur Aini
Tabir surya di kaki (ilustrasi)
Foto: safebee
Tabir surya di kaki (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Penggunaan tabir surya telah meningkat selama beberapa dekade terakhir. Tetapi, Kelompok Kerja Lingkungan dan Laporan Konsumen telah memperingatkan orang-orang terhadap penggunaannya.

Masalahnya semua tabir surya tidak diciptakan sama. Beberapa bahan yang terkandung dalam tabir surya mungkin bisa berbahaya untuk penggunanya. Zat kimia yang digunakan dalam tabir surya di antaranya, avobenzone, oxybenzone, homosalate, actinoxate, dan oktisilat okisalat.

Dikutip dari Times of India, Jumat (6/7), penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahan kimia tersebut ditemukan pada 96 persen dari tabir surya. Oxybenzone adalah zat yang mengganggu hormone endokrin dan dapat menyebabkan endometriosis pada wanita dan mengurangi jumlah sperma pada pria. Bahan kimia tersebut berbahaya bagi anak-anak, wanita hamil, dan menyusui.

Bahan kimia seperti triclosan, parabens, oxybenzone, dan phthalates dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh. Benzofenon juga dapat menyebabkan efek yang sama pada tubuh manusia, seperti kelebihan estrogen. Hal itu dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker pada wanita.

Zat oxybenzone yang sudah disebutkan sebelumnya, bertugas sebagai penyerap sinar UV. Bahan itu dapat menyebabkan kerusakan sel, meghambat pertumbuhan sel, dan bahkan mengganggu proses sintesis DNA yang dapat menyebabkan mutasi genetik. Wanita yang memiliki tingkat oxybenzone lebih tinggi selama kehamilan, anak perempuannya akan lahir dengan berat badan rendah.

Bahan lainnya yang terdapat dalam tabir surya adalah retinil palmitat. Retinil palmitat digunakan karena memiliki antioksidan dan mengurangi penuaan. Tetapi penelitian menunjukkan tikus yang diobati dengan bahan kimia itu menunjukkan penyebaran tumor dan luka yang lebih cepat pada kulit mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement