Rabu 04 Jul 2018 16:29 WIB

Ortu, Perhatikan Tanda Ini Bila Anak Hobi Bermain Game

Orang tua perlu memperhatikan bila game online dijadikan anak saran pelarian

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah anak bermain game online jenis Point Blank di sebuah warung internet Kawasan tebet, Jakarta Selatan, Ahad (24/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah anak bermain game online jenis Point Blank di sebuah warung internet Kawasan tebet, Jakarta Selatan, Ahad (24/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Salah satu karakteristik khas dari permainan daring (game online) adalah memberikan tiga kebutuhan dasar manusia. Ketiga hal tersebut adalah kompetensi, otonomi, dan keterkaitan.

Berhasil memecahkan tantangan dalam sebuah game online akan membuat pemain merasa mampu dan memiliki kompetensi. Game online juga memberikan kebebasan atau otonomi pada para pemainnya untuk memilih karakter seperti apa yang mereka ingin mainkan.

Selain itu, bermain game online juga dapat memenuhi kebutuhan berinteraksi yang mungkin sulit didapatkan pemain di dunia nyata. Melalui game online, pemain bisa berkomunikasi secara virtual dengan orang lain karena umumnya melibatkan lima orang dalam satu kelompok.

"Game dirancang agar kita terus bermain karena dibuat seperti dunia yang sempurna, kalau menang, hadiah saat itu juga diberikan. Di dunia nyata tidak," ungkap Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa RSCM/FKUI dr Kristiana Siste Kurniasanti SpKJ(K) dalam Seminar Awam yang digelar oleh RSCM Kencana, di Jakarta.

Oleh karena itu, tak heran jika banyak orang yang merasa senang untuk bermain game online. Pada dasarnya, bermain game online diperbolehkan selama masih dalam tahap yang menyehatkan.

Bermain game online masih dikatakan sehat jika pemain memainkan game tersebut sebagai sarana rekreasi semata dan untuk mencari pertemanan. Bermain game online juga masih dikatakan sehat jika dilakukan bersama keluarga untuk bersenang-senang.

Sebaliknya, kebiasaan bermain dapat dikatakan bermasalah jika pemain menjadikan game tersebut sebagai pelarian untuk mengatasi perasaan negatif. Sebagai contoh, pemain memiliki masalah di dunia nyata. Alih-alih menyelesaikan masalah tersebut, pemain memilih untuk bermain game online.

Kebiasaan bermain juga dapat dikatakan bermasalah jika pemain menjadikan game sebagai sarana untuk menghindari situasi sosial di dunia nyata. Misalnya, pemain merasa diri buruk dan tak dapat bergaul di dunia nyata sehingga memilih untuk 'bergaul' dengan teman virtual di game online.

"Bermain yang sampai menyebabkan konflik internal keluarga, itu juga sudah problematic gamers, bukan lagi healthy gamers," papar Siste.

Meski terasa menyenangkan, bermain game online perlu dibatasi agar tidak menyebabkan kecanduan atau adiksi game online. Upayakan untuk tidak bermain game online dalam waktu 3 jam per hari atau lebih karena dapat membuat pemain lebih sering memendam emosi, mengalami gangguan perilaku eksternal, membuat perilaku menolong lebih rendah, dan mengalami penurunan kepuasan hidup.

"Bermain game online tiga jam sehari rentan mengalami kecanduan game," jelas Siste. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement