Selasa 19 Jun 2018 06:28 WIB

Alasan Ilmiah Orang Gemar Santap Lemak dan Karbohidrat

Otak mengirimkan sinyal saat melihat makanan berlemak dan berkabohidrat.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Berbagai makanan terhidang saat Lebaran, santap dalam porsi secukupnya. Hindari makan berlebihan.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Berbagai makanan terhidang saat Lebaran, santap dalam porsi secukupnya. Hindari makan berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyantap makanan yang terdiri dari kombinasi lemak dan karbohidrat adalah kesukaan banyak orang. Apalagi saat hari raya seperti Idul Fitri kemarin, kuliner yang dihidangkan mayoritas sarat akan lemak dan karbohidrat.

Nikmat memang, tapi tahukah Anda mengapa banyak orang gemar mengisi piring makan mereka dengan campuran lemak dan karbohidrat? Alasannya ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Yale University, memilih menu lemak yang digabungkan dengan karbohidrat rupanya bisa mengirimkan sinyal ke otak. Orang akan menakar manfaat ketika disodori kombinasi dua makanan tersebut. Karena, dua nutrisi itu dianggap memberikan banyak energi.

Baca juga: Mengatur Porsi Makan dengan Tangan, Begini Caranya

"Proses biologis yang meregulasi hubungan antara makanan dan nilai nutrisinya meningkatkan keputusan adaptif organisme," kata Dana Small, direktur di Modern Diet and Physiology Research Centre dilansir dari Independent.

"Contohnya, seekor tikus tidak mau berhadapan dengan predator hanya demi mengambil makanan yang menyediakan sedikit energi. Hal yang mengejutkan, makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat menunjukkan potensi kalorinya ke otak lewat sinyal yang khas," imbuhnya.

Dalam studi yang dilakukan, kesimpulan itu tercermin dari tebakan responden yang sangat akurat dalam mengestimasi kalori dari lemak. Namun, mereka lemah mengestimasi kalori dari karbohidrat. "Penelitian kami menunjukkan ketika dua nutrisi itu digabung, otak akan mengestimasi nilai energi makanan tersebut," terang Dana.

Dana yang berkolaborasi dengan peneliti dari Jerman, Swiss, dan Kanada mengetes respons neural terhadap sinyal makanan. Para responden menjalani pemindaian otak tatkala dihadapkan pada foto makanan yang familiar. Foto-foto itu terdiri atas makanan yang didominasi lemak, gula, serta kombinasi antara lemak dan karbohidrat.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement