REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada sekolah dan pendidikan khusus untuk menjadi orang tua. Namun, ada beragam pola pengasuhan yang bisa dijadikan acuan bagi para orang tua untuk menjalankan perannya dengan baik.
"Sekarang yang hits adalah positive parenting," ungkap psikolog Ajeng Raviando dalam kampanye "Homework Rescue" yang diusung HP bersama Disney, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Positive parenting atau pola pengasuhan positif adalah sebuah pola pengasuhan yang mampu menciptakan keseimbangan. Pola pengasuhan ini memungkinkan orang tua untuk menerapkan disiplin yang efektif tanpa menghilangkan momen menyenangkan dengan anak.
"Sangat berbeda dengan (pola pengasuhan) orang tua zaman dulu yang cenderung strict (ketat)," kata Ajeng menambahkan.
Setidaknya ada 10 hal yang bisa dilakukan orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan positif. Salah satunya adalah menjadi model atau contoh yang baik bagi anak. Dalam hal ini, orang tua tidak mendidik anak tidak dengan perintah saja, tetapi melalui contoh yang baik dan teladan.
Dalam pola pengasuhan positif, orang tua juga harus mengenali perkembangan anak sekaligus meluangkan waktu berkualitas dengan anak. Mendampingi anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) merupakan salah satu cara menghabiskan waktu berkualitas dengan anak yang jarang disadari orang tua.
"Ada penelitian, orang tua bisa mencontohkan banyak hal ketika mendampingi anak mengerjakan PR, termasuk bagaimana cara belajar aktif dan efektif serta mengelola waktu dan stres," papar Ajeng.
Pola pengasuhan positif juga mendorong orang tua untuk fokus pada tingkah laku positif anak sekaligus memberi dukungan dan penghargaan pada anak. Orang tua juga dianjurkan untuk memberikan konsekuensi logis saat mengajarkan disiplin pada anak. Sebagai contoh, anak yang tidak mau mengerjakan PR bisa diberitahu mengenai konsekuensi apa yang akan ia hadapi jika PR tersebut tidak ia selesaikan.
"Tanamkan nilai-nilai, lakukan diskusi dan negosiasi, ciptakan komunikasi efektif," ujar Ajeng mengenai beberapa langkah lain yang bisa diterapkan orang tua dalam pola pengasuhan positif.
Tak sampai di situ, orang tua juga perlu memberi ruang bagi anak untuk tumbuh dan melakukan kesalahan. Ketika anak sedang mengerjakan PR, misalnya, orang tua sebaiknya hanya bersikap mendampingi, bukan mengerjakan PR anak agar semua pertanyaan terjawab dengan benar. Jika hal seperti ini dibiasakan, anak tidak akan mendapat kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan mungkin nantinya malah akan terus bergantung pada orang tua saat mengerjakan PR.
Hal terpenting lain dalam pola pengasuhan positif adalah memberikan cinta tanpa syarat kepada anak. Orang tua harus memahami bahwa anak mereka pasti tak luput dari kekurangan. Namun, orang tua tidak boleh lupa jika anak mereka pasti memiliki banyak keunggulan lain, terlepas dari kekurangan yang mereka miliki.
"Jangan karena anak tidak bisa matematika, dianggap sangat kurang. Padahal, di sekolah ternyata dia anak yang baik, suka membantu, sopan terhadap guru, misalnya," tutur Ajeng.