REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang bilang, jangan remehkan emak-emak berdaster. Dunia bisa berguncang ketika mereka berdandan modis. Benar-benar tidak adil untuk berpikir penampilan ala emak-emak itu jelek dan sering dikonotasikan negatif.
Penulis Essential Baby, Jo Hartley mengatakan seorang ibu yang baru mempunyai anak bagaimana pun menahan beban besar di pundaknya. Tidak banyak dari mereka memiliki waktu untuk fokus mengurus diri sendiri.
"Ini yang membuat mereka lebih sering tampil 'mumsy' dari pada tampil 'yummy' setiap hari," kata Hartley, dilansir dari Essential Baby, Jumat (8/6).
Faktanya adalah 90 persen waktu ibu dihabiskan mengurusi rumah tangga. Saat harus bermain sambil menyuapi anak makan atau mengejar balita yang super aktif, mereka tentu tak lagi memprioritaskan penampilan.
Mereka cukup nyaman dengan rambut diikat ekor kuda atau dicepol, dan tak mungkin sempat memasang rol rambut. Mereka sudah amat bersyukur masih sempat memoles lipstik tipis saat berbelanja kebutuhan bulanan ke swalayan, dan tak mungkin bisa pake krim dan make up all in one. Untuk pakaian? Ya, mereka lebih mengutamakan kenyamanan, bukan mode kekinian.
Bagaimana dengan sepatu? Tentu saja emak-emak lebih memilih memakai sepatu kets atau sandal teplek, dan tak mungkin memakai wedges ketika menggendong si buah hati. Percayalah, emak-emak juga kangen sepatu tumitnya yang dahulu.
Jadi, apakah adil berpikir jika menjadi emak-emak itu jelek? Ini lebih kepada pengaturan mode default ala emak-emak untuk menemukan diri mereka sebagai orang tua. Ini cara mereka menyembunyikan cakarnya sedikit demi sedikit dan memahami bahwa hidup terlalu singkat hanya untuk memikirkan penampilan sempurna.
Hartley menilai sudah waktunya menghentikan konotasi negatif dengan memandang jelek penampilan ala emak-emak. Itu tidak buruk sama sekali. Itu hanya bagian dari kehidupan baru bagi banyak ibu di dunia.