REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup salah, pola makan tidak sehat, dan lingkungan buruk dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus (DM). Yang mengkhawatirkan, banyak penderita tidak sadar mengidapnya.
"Kebanyakan pasien diabetes adalah orang yang merasa sehat," ujar Kepala Seksi Gangguan Metabolik Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular-Kementerian Kesehatan RI Dr. Sylviana Andinisari, M.Sc pekan lalu.
Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar pada 2007 terdapat 5,7 persen penderita diabetes. Pada 2013 sebesar 6,19 persen dari pasien tersebut tidak menyadari mengidap diabetes melitus. "Ternyata 70 persen tidak tahu kalau dia penderita diabetes," kata Dr Sylviana saat acara Kampanye Novo Nordisk Diabetes dan Ramadan di EV Hive D.Lab.
Untuk itu, Sylviana menyarankan melakukan skrining atau deteksi dini terhadap penyakit diabetes. "Skrining terhadap penderita diabetes itu penting karena kita tidak tahu," kata dia.
Terutama bagi mereka yang merasa memiliki gaya hidup yang buruk dan mengalami obesitas perlu melakukan pemeriksaan. "Apalagi yang merasa dirinya gemuk, tolong skrining tingkatkan. (Yang) Lifestyle-nya jelek, gemuk, skrining. Cek gula darahnya," kata Dr. Sylviana.
Menurut Sylviana jika seseorang yang terdiagnosa penyakit diabetes hari ini, biasanya gejala tersebut sudah ada sejak lima tahun lalu. Gejala diabetes biasanya ditandai dengan keluhan yang dirasakan penderita mulai dari sering buang air kencing, organ kewanitaan terasa gatal untuk perempuan, dan lainnya. "Kena setelah ada keluhan. Keluhan itu tandanya komplikasi,” katanya.
Sylviana menyarankan jika setelah melakukan skrining kemudian terbukti terkena diabetes, setidaknya segeralah ubah gaya hidup dan menerapkan pola makan sehat. "Banyak makan sayur buah. 40 persen turun dengan olahraga saja tanpa obat, itu bisa dicegah dari situ," jelas dia.