REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin menganggap shisha sebagai alternatif merokok yang lebih sehat. Padahal, shisha menyimpan potensi bahaya yang lebih tinggi dari rokok biasa.
"Shisha sama dengan hisap 100 rokok," ungkap dr Darmawan B Setyanto SpA(K) dalam peringatan World No Tobacco Day di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.
Baca juga, Dokter Jantung: Berhentilah Merokok Sebelum Usia 40 Tahun
Darmawan mengatakan Shisha memiliki daya tarik berupa rasa yang beragam. Keragaman rasa pada shisha ini kerap membuat bahaya shisha tersamarkan dan tidak begitu mendapat perhatian.
"Tidak ada asap rokok yang tidak berbahaya, tidak ada kadar aman merokok," terang Darmawan.
Darmawan mengatakan paparan asap rokok tak hanya membahayakan perokok aktif, tetapi juga perokok second hand dan third hand. Perokok second hand atau perokok pasif merupakan orang yang menghisap paparan asap rokok dari perokok aktif.
Sedangkan perokok third hand merupakan orang yang mendapat pajanan zat-zat berbahaya asap rokok yang menempel pada ruangan atau objek tertentu.
Pada anak, paparan asap rokok juga tak hanya membahayakan bagi anak-anak hingga remaja 18 tahun. Paparan rokok juga dapat membahayakan anak yang masih berada dalam kandungan atau janin.
Beberapa dampak rokok bagi janin adalah kematian janin, lahir dalam keadaan mati, kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah hingga masalah penyakit jantung bawaan. "Remaja merupakan kelompok yang sangat rawan rokok, baik karena second hand maupun menjadi sasaran pabrik rokok," cetus Darmawan.