Jumat 18 May 2018 18:37 WIB

Hipertensi Sebagai Faktor Risiko Stroke Terbanyak

Ada Kecenderungan Pasien Stroke Semakin Muda

Rep: neni ridarieni/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Foto: torange
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Indonesia Stroke Registry, sebuah studi berbasis rumah sakit yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) bekerjasama dengan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan menemukan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko stroke terbesar yakni 77 persen.

Menurut Spesialis Saraf RSUP Dr Sardjito/FKKMK UGM Ismail, sama juga di DIY tidak jauh berbeda dengan data nasonal, bahwa hipertensi sebagai faktor risiko stroke terbanyak.

Ia menambahkan, ada kecenderungan pasien stroke semakin muda karena perubahan gaya hidup. "Saya pernah punya pasien stroke usia 22 tahun," tuturnya pada Republika.co.id, Jumat (18/5).

Sementara itu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menemukan bahwa 25,8 persen masyarakat Indonesia menderita hipertensi. Namun, hanya sepertiga yang terdiagnosa, dan hanya 0,7 persen kasus yang dikontrol dengan obat.

Saat ini, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia, dengan angka kematian 19.79 persen dari total kematian dan tingkat kematian hingga 186,29 per 100 ribu orang. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi nomor satu di dunia.

Sementara itu menurut Spesialis Saraf Mursyid Bustami, tekanan darah yang tinggi akan merusak dinding arteri di seluruh tubuh. Pembuluh darah yang rusak akibat hipertensi akan rentan tersumbat dan juga mudah pecah.

Sehingga, lanjutnya, penderita penyakit tekanan darah tinggi akan memiliki risiko yang tinggi terserang stroke, baik stroke penyumbatan pembuluh darah (iskemik) maupun stroke pecahnya pembuluh darah. Karenanya, sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah untuk menurunkan resiko stroke.

Pada umumnya hipertensi tidak memiliki gejala yang khas, sehingga banyak orang tidak mengetahui bahwa dia telah menderita hipertensi. Di lain pihak kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin sangat rendah.

Sebagian besar masyarakat baru mengetahui bahwa dia menderita hipertensi setelah terkena penyakit akibat hipertensi. Untuk mencegah penyakit akibat hipertensi sangat diperlukan kesadaran akan pentingnya memeriksakan diri secara rutin dalam rangka deteksi dini.

Lebih lanjut Mursyid mengemukakan pentingnya mengurangi garam dan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran. Kita juga sebaiknya menjaga berat badan pada angka ideal dan berolahraga teratur. Untuk mereka yang sudah terkena hipertensi, sebaiknya segera mendapatkan perawatan dan rajin memonitor tekanan darah,sarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement