Rabu 16 May 2018 19:41 WIB

Psikolog: Ajarkan Empati pada Anak

Mengajarkan empati sejak dini memungkinkan anak menjadi pribadi yang peduli.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Google
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Nessi Purnomo mengimbau orang tua untuk mengajak anak berempati sejak dini terhadap rangkaian insiden yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Upaya ini memungkinkan anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli pada orang lain saat dewasa nanti.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengajak anak berdiskusi soal konten di media sosial, terutama bagi mereka yang sudah terpapar. Pastikan juga bila perlu menunjukan contoh foto dan video, gunakan yang masih ramah anak.

"Ketika anak bertanya itu apa, jelaskan dengan menggunakan bahasa sederhana agar mereka paham," ujar Nessi ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/5).

Banyak penjelasan yang bisa digunakan orang tua. Misalnya dengan menyebut para pelaku sebagai sekelompok orang yang ingin mengganggu ketenangan banyak orang dengan cara melukai orang lain. Tidak harus menggunakan istilah terorisme, orang tua bisa mengganti sosok pelaku dengan sebutan orang jahat.

Selain itu, orang tua bisa mengajak anak untuk membayangkan diri sebagai korban atau keluarga korban. Tanyakan bagaimana perasaan anak apabila dirinya atau ada keluarga yang disakiti.

"Ajak mereka untuk merasakan berada di posisi yang terluka. Ketika mereka bilang, sakit atau tidak baik, sampaikan bahwa mereka juga tidak boleh melakukannya (melukai) orang lain," ujar Nessi.

Melaui rangkaian insiden kekerasan kemarin, orang tua bisa menekankan pengajaran pada anak bahwa siapapun tidak boleh melukai, apapun yang terjadi.

Kebanyakan proses tumbuh empati terjadi secara alami, namun orangtua juga dapat mengusahakan agar proses tersebut terjadi secara sadar. Hal ini sekaligus mendorong anak memiliki pengalaman empati yang lebih banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement