Senin 30 Apr 2018 06:50 WIB

Peneliti Korsel Ungkap Dampak Psikologis Kecanduan Ponsel

Pecandu ponsel pintar berpotensi kuat mengidap gangguan kepribadian menghindar.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Israr Itah
Kecanduan ponsel merupakan isu kesehatan mental yang harus diwaspadai.
Foto: EPA
Kecanduan ponsel merupakan isu kesehatan mental yang harus diwaspadai.

REPUBLIKA.CO.ID, KOREA SELATAN -- Peneliti dari Kyungil University, Eunyong Koh, mengungkapkan efek psikologis negatif terhadap orang-orang yang kerap menggunakan ponsel secara berlebih. Pecandu ponsel pintar berpotensi kuat mengidap gangguan kepribadian menghindar atau Avoidant Personality Disorder

Bahkan, kata dia, orang yang sangat terikat dengan ponsel pintarnya kadang-kadang digambarkan sebagai 'fobia komitmen'. Mereka selalu mencoba menghindari keintiman dan cenderung tidak mempercayai orang lain.

"Penggunaan ponsel pintar melonjak, kekhawatiran tentang ponsel pintar akan digunakan secara berlebihan dan kecanduan pun telah meningkat. Kami memutuskan untuk meneliti keterkaitan penggunaan ponsel pintar dengan gangguan avoidant," kata Koh seperti dilansir PsyPos, Senin (30/4).

Koh menyampaikan, dia telah melakukan studi terhadap 376 mahasiswa di Universitas Korea, dan menemukan bahwa gangguan avoidant secara tidak langsung terkait dengan kecanduan ponsel pintar. Orang dengan tingkat keterikatan yang lebih tinggi, kata dia, cenderung memiliki harga diri yang rendah dan lebih banyak cemas.

"Dalam hal ini, yang harus kita sadari bukan hanya perilaku penggunaan ponsel pintar. Temuan menegaskan bahwa faktor psikologis seperti harga diri, kecemasan, dan penghindaran keterikatan harus dikelola untuk melawan kecanduan ponsel pintar," kata dia.

Kendati begitu, dia mengaku penelitiannya yang berjudul "Keterikatan avoidant dan kecanduan smartphone pada mahasiswa: Efek mediasi dari kecemasan dan harga diri" tersebut masih memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi konsistensi kesimpulan dengan mendiversifikasi kawasan, budaya, ras, dan lain-lain.

Apalagi saat ini, usia rata-rata anak pertama kali mendapatkan ponsel semakin muda. Sehingga perlu penyelidikin lebih mendalam, apakah mekanisme ini dikonfirmasi pada usia yang lebih muda atau tidak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement