Ahad 01 Apr 2018 01:34 WIB

Menkes: Kebutuhan Protein Anak Bukan Cuma Susu

Protein hewani dan nabati perlu dikonsumsi bersama jenis pangan lainnya.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Menteri Kesehatan Nila Moeloek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Kesehatan Nila Moeloek menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan protein dan gizi anak bukan cuma bisa didapat dari susu. Kebutuhan protein dan gizi anak juga bersumber dari ikan.

"Mencukupi kebutuhan protein anak-anak bukan hanya melalui susu. Ada makanan lain yang memiliki nilai gizi sama, tak kalah dengan susu, dan pasokannya jauh lebih berlimpah untuk mencukupi kebutuhan seluruh anak di Indonesia, makanan tersebut tidak lain adalah ikan," kata Nila dalam siaran pers dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan di Jakarta, Sabtu (31/3).

Nila menegaskan protein hewani dan nabati perlu dikonsumsi bersama jenis pangan lainnya agar jumlah dan kualitas gizi yang dikonsumsi anak mencapai gizi seimbang. Secara umum, komposisi protein hewani pada ikan sebenarnya tidak terlalu berbeda kandungannya dengan protein hewani lainnya. 

Namun, ikan lebih menyehatkan karena lemak yang terkandung di dalamnya bukan merupakan lemak jenuh. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh. 

Selain itu, kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lain. "Sumber protein ikan memiliki kelebihan dibandingkan susu. Ikan tidak hanya mengandung protein, namun juga mengandung senyawa yang alami, yakni PUFA, EPA dan DHA," tutur Nila.

Kualitas sumber protein ikan tidak bergantung pada harga. Baik ikan dengan harga terjangkau maupun ikan yang lebih mahal tetap bernilai gizi. 

Nila mencontohkan ikan kembung yang harganya terjangkau justru memiliki kandungan omega 3 sebanyak 1,5 kali lebih tinggi dari ikan salmon yang harganya justru lebih mahal. Dia menjelaskan gagasan yang menjadikan susu sebagai konsumsi harian masyarakat Indonesia perlu ditunjang dengan kajian yang lebih mendalam.

Hal ini didasarkan pada perlunya perhatian terhadap adanya data prevalensi intoleransi laktosa yang cukup tinggi, di samping risiko kejadian alergi susu. Selain itu, besarnya risiko kontaminasi susu yang tidak disajikan atau disimpan secara tepat bisa berdampak pada kejadian penyakit yang dihantarkan melalui makanan.

Kementerian Kesehatan merekomendasikan ikan menjadi sumber protein yang lebih berkelanjutan bila dibandingkan dengan susu karena produksi ikan dalam negeri juga lebih tinggi dibandingkan dengan produksi susu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement