Selasa 20 Mar 2018 18:52 WIB

Benarkah Minyak Atsiri Aman Digunakan?

Masalah akibat minyak atsiri bisa menghilang setelah penghentian penggunaan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Minyak atsiri
Foto: draxe
Minyak atsiri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minyak atsiri atau essential oil sedang menjadi tren yang mewabah untuk digunakan dalam pelbagai kebutuhan. Penggunaannya mulai dari pelembab, perawat rambut, aromaterapi, produk pembersih dan lainnya. Namun, sebenarnya apakah minyak atsiri aman?

Penelitian baru yang dipresentasikan dalam pada ENDO 2018 atau pertemuan tahunan ke-100 Endocrine Society di Chicago menyatakan jika minyak esensial, terutama varian lavender dan tea tree bisa mengganggu hormon. Penelitian itu dilakukan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS), yang merupakan bagian dari National Institutes of Health (NIH).

Penelitian tersebut merupakan penegas dari beberapa penelitian di masa lalu yang menghubungkan minyak esensial dengan  gangguan hormon. Penggunaan tersebut bisa memicu pertumbuhan payudara abnormal pada anak laki-laki usia muda atau ginekomastia prepubertal.

Kecurigaan tersebut muncul ketika laporan tahun 2007 di New England Journal of Medicine menyatakan, ada tiga anak laki-laki berusia 10 tahun terindentifikasi oleh dokter anak Denver memiliki payudara besar yang tidak dapat dijelaskan. Dokter mempelajari anak-anak itu secara teratur dan ditemukan menggunakan minyak esensial dengan varian tea tree dan lavender.

Dalam ketiga kasus tersebut, ketika anak laki-laki berhenti menggunakan produk, masalah tersebut hilang beberapa bulan kemudian. Ketika para peneliti menguji minyak pada sel manusia di laboratorium, mereka memutuskan bahwa minyak itu muncul untuk mengganggu perilaku hormon dalam sel.

Peneliti NIEHS mencoba kembali untuk membuktikan studi lama itu dengan memilih delapan senyawa yang ditemukan dalam minyak lavender dan tea tree untuk dipelajari secara seksama. Di lab, mereka mengaplikasikan senyawa kimia ke sel kanker manusia dan mengamati perubahan gen reseptor estrogen dan androgen serta aktivitas lainnya. Mereka menemukan bahwa senyawa tersebut memiliki efek yang bervariasi, tetapi semua tampaknya memiliki aktivitas yang mengganggu hormon.

"Saya pribadi tidak dapat merekomendasikan masyarakat untuk menghentikan atau mengurangi penggunaan minyak ini," kata penulis studi dan peneliti riset pasca sarjana di NIEHS, Tyler Ramsey, dikutip dari Time, Selasa (20/3).

Perlu ada penelitian lebih lanjut untuk melihat dampak yang akan diberikan pada manusia. Jika minyak esensial menyebabkan gangguan, tidak jelas apakah perubahan tersebut akan memiliki konsekuensi kesehatan yang nyata. Belum ada penelitian manusia yang cukup untuk mengetahui dengan pasti.

"Namun, masyarakat harus mempertimbangkan temuan ini saat memutuskan untuk menggunakan minyak esensial, karena mengandung bahan kimia mengganggu endokrin (EDCs) dan mungkin ada risiko dan implikasi kesehatan saat menggunakan minyak ini," kata Ramsey.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement