Rabu 14 Mar 2018 17:09 WIB

IBF Pameran Terbesar di ASEAN dan Dunia

Islamic Book Fair mengalahkan pameran buku di Kairo, Dubai, Frankfurt dan Seoul.

Rep: Syahruddin El-Fikri/ Red: Irwan Kelana
 Pengunjung memadati stand buku di Pameran Islamic Book Fair (IBF) 2017 di JCC, Sabtu (6/6).
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung memadati stand buku di Pameran Islamic Book Fair (IBF) 2017 di JCC, Sabtu (6/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran Buku-buku Islam, Islamic Book Fair (IBF) diklaim sebagai pameran buku terbesar di kawasan Asia Tenggara. Baik menilik pada luas area, jumlah peserta, maupun pengunjung pameran.

 

Hal itu diungkapkan Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, Hikmat Kurnia saat memberikan sambutan pada acara Technical Meeting Islamic Book Fair (IBF) 2018 di Gedung Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (14/3).

“Panitia menyebutkan pameran Islamic Book Fair (IBF) ini terbesar di Indonesia dan juga Asia Tenggara. Kalau menurut saya pribadi, IBF ini pameran buku terbesar di dunia,” ujar Hikmat.

Alasannya, kata CEO Agromedia ini, dilihat dari jumlah pengunjung IBF  pada beberapa kali pameran yang mencapai 400 ribu pengunjung, sudah mengindikasikan kemeriahan acara itu melebihi pameran sekelas Cairo Book Fair (CBF, Mesir), Sharjah Book Fair (Dubai), Shanghai Book Fair, Korea Book Fair, maupun Frankfurt Book Fair (FBF). “Dari sisi pengunjung, Frankfurt Book Fair berkisar 270 ribu orang, masih jauh dibandingkan dengan jumlah pengunjung IBF,” ungkapnya.

Hikmat membandingkan juga pengunjung IBF  dengan pameran di negara lain, termasuk Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF). “Jadi, kalau soal klaim terbesar, kita berani mengklaim sebagai yang terbesar dari sisi pengunjung,” terangnya.

Sementara itu, mengenai luas area pameran, Frankfurt Book Fair disebutnya memiliki area yang sangat luas. Namun demikian, kata dia, IBF memiliki pangsa pasar tersendiri sehingga selalu dinanti masyarakat pecinta buku di Tanah Air.

Tahun 2017 lalu, Islamic Book Fair dikunjungi sekitar 195 ribu pengunjung, selama lima hari. Sedangkan pameran IBF tahun 2016, jumlah pengunjung mencapai 450 ribu orang dengan pameran berlangsung selama 10 hari. “Jadi, jika dirata-data, jumlah pengunjung Islamic Book Fair setiap hari mencapai 40 ribu orang,” ungkapnya.

Hal serupa diakui Ketua Panitia IBF, M Anis Baswedan. Hanya saja, kata Anis, pihaknya memang tidak bisa menyebutkan secara riil angka pastinya, karena banyak sekali pihak yang diundang oleh panitia IBF untuk hadir ke pameran, tanpa ada data pasti. “Tahun 2017 lalu, lebih dari separuh jumlah pengunjung kita bebaskan dari biaya tiket masuk. Sebagian lagi, kita berikan dispensasi atau keringanan biaya masuk,” terangnya.

Panitia IBF  sejak tahun 2017 lalu mengeluarkan tiket masuk ke arena IBF. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pengunjung IBF. “Tiket seharga Rp 5.000 itu bukan uangnya yang kita cari, melainkan untuk mendapatkan data pengunjung. Walaupun sebagian besar kita juga tidak bisa mendapatkan angka pastinya, karena adanya keringanan yang kita berikan kepada pengunjung, terutama dari pesantren dan anak-anak yatim serta dhuafa,” kata dia.

Anis mengungkapkan, pada pameran IBF 2018 ini, jumlah peserta yang ikut serta mencapai 267 peserta, terdiri atas 150 peserta dari penerbit, dan sisanya dari multiproduk, seperti properti, perbankan, lembaga filantropi, busana Muslim, mainan anak, dan lainnya. “Tahun 2018,  kami sengaja mengurangi jumlah peserta. Tahun lalu jumlahnya mencapai 305 stan, tahun ini hanya 267 peserta, dikarenakan kita ingin memberikan kenyamanan lebih kepada pengunjung,” paparnya.

Pada IBF 2018 ini, kata direktur utama Akbar Media tersebut, jalan masuk menuju stan peserta menjadi lebih luas, yakni sekitar tiga meter. “Tujuannya biar suasana  lebih nyaman dan lebih lapang,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement