REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkah Anda melihatnya? Di sebuah taman bermain, ada anak kecil sibuk memanjat, bermain perosotan, berlari-larian sendiri. Namun, di sudut taman yang sama, ayah si anak duduk di bangku sembari matanya terus tertuju ke ponsel pintarnya.
Juga di rumah. Meski ada beberapa anggota keluarga di dalamnya, tidak jarang interaksi yang terjadi sangat kurang. Khususnya bila masing-masing tengah asyik dan disibukkan dengan perangkat eletroniknya masing-masing.
Dalam satu dekade terakhir pemandangan tersebut seperti sudah sangat akrab di sekeliling kita. Smartphone telah menaklukkan dunia.
Tidakkah ingat saat masih kecil, Anda bisa dengan tenang belajar di sekolah tanpa terganggu dering ponsel atau notifikasi whatsapp dari orang lain? Tidakkah ingat saat masih remaja, Anda begitu cerianya bermain bersama teman di taman sekolah tanpa harus memeriksa status atau unggahan terbaru teman-teman di Facebook atau Instagram?
Teknologi berkembang dengan cepat sehingga kebanyakan dari kita hampir tidak menyadari perilaku kita berubah dan hubungan antarpasangan pun ikut terpengaruh. Banyak orang bahkan cemas pernikahan mereka menjadi hambar karena suami istri sama-sama sibuk dengan ponsel ketimbang berinteraksi langsung satu sama lain.
Percakapan antara suami istri pun diganti dengan konektivitas lewat pesan dunia maya. Siapa sesungguhnya yang Anda nikahi? Suami/ istri, atau ponsel Anda?
Hubungan nyata membutuhkan percakapan nyata dan emosi nyata, bukan balasan pesan whatsapp dengan emoji. Konektivitas digital hari ini kerap menghilangkan koneksi sejati antara suami istri.
Saat Anda membalas komentar di media sosial, ada satu bagian penting hilang, yaitu hubungan emosional. Tanpa suara, bahasa tubuh, dan sentuhan, kita sebagai manusia kehilangan kepekaan terhadap pasangan.
ROLers, berikut beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam kehidupan rumah tangga. Tujuannya mendorong komunikasi tatap muka bersama pasangan, dilansir dari Family Life, Senin (26/2).
Pertama, tidak ada gadget di meja makan. Anda akan punya banyak waktu setelah makan untuk membalas panggilan telepon atau pesan teks. Peraturan ini disebut TTT, yang berarti Timeout from Technology at the Table.
Kedua, tidak ada ponsel saat momen khusus suami istri. Anda dan pasangan mungkin saja keluar makan malam atau nonton bersama ke bioskop. Kalian bisa menerapkan peraturan tidak menerima panggilan atau pesan apa pun saat berdua, selain panggilan dan pesan dari pengasuh anak atau baby sitter. Anda bisa juga meninggalkan sementara ponsel di mobil, dan kembali membukanya begitu makan malam selesai.
Ketiga, jika membahas hal penting, bicara langsung. Ada perbedaan respons ketika pasangan berkomunikasi lewat pesan singkat. Itu karena Anda tidak mendengar suaranya, tidak melihat wajahnya sehingga akan ada hal yang salah menurut Anda, tapi biasa saja menurut dia. Jika memang hal penting harus dibicarakan, bicarakan secara langsung.
Jika Anda menikah, jadikan suami atau istri prioritas, bukan ponsel. Buka pintu komunikasi yang lebih intim sehingga Anda merasa lebih terikat dengan suami atau istri ketimbang perangkat gadget. Hidup ini amat singkat. Jangan buang waktu lebih banyak untuk ponsel dari pada untuk keluarga.