Rabu 21 Feb 2018 01:27 WIB

'Pacemaker' Otak, Terobosan Terapi Alzheimer Menjanjikan

Neurostimulator ini baru pertama kali dimanfaatkan untuk pasien Alzheimer.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Penyakit alzheimer menyerang mereka yang di atas usia 55 tahun.
Foto: AP
Penyakit alzheimer menyerang mereka yang di atas usia 55 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, Selama ini, sebagian besar terapi penyakit Alzheimer lebih berfokus pada perbaikan daya ingat. Tim peneliti dari Ohio State University Wexner Medical Center menciptakan metode terapi baru untuk pasien Alzheimer dengan memanfaatkan pacemaker otak.

Alat bernama neurostimulator ini baru pertama kali dimanfaatkan untuk pasien Alzheimer. Sebelumnya pemasangan neurostimulator lebih banyak digunakan untuk pasien Parkinson dan tremor. Pacemaker otak diimplantasi ke dalam otak melalui prosedur bedah deep brain stimulation (DBS).

Berbeda dengan kebanyakan terapi Alzheimer saat ini, fokus dalam terapi Alzheimer dengan menggunakan pacemaker otak adalah memperbaiki kemampuan kognitif, perlikau dan fungsional pasien. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk membuat penilaian, membuat keputusan yang baik, meningkatkan fokus perhatian pada tugas yang dikerjakan hingga menghindari distraksi.

 

Baca juga: Tes Ini Dapat Prediksi Penyakit Alzheimer

"Ini adalah kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam melakukan tugas sehari-hari," ungkap salah satu peneliti sekaligus direktur Divisi Neurologi Kognitif dari Ohio State University Wexner Medical Center Dr Douglas Scharre seperti dilansir Science Daily.

Selama proses studi, Scharre dan tim menanamkan pacemaker otak pada tiga partisipan yang merupakan pasien Alzheimer sejak 2013. Pacemaker otak ditanamkan di bagian otak bernama lobus frontal. Lobus frontal merupakan bagian yang bertanggung jawab dalam menentukan kemampuan seseorang utuk menyelesaikan masalah, mengatur dan membuat perencanaan hingga membuat keputusan yang baik.

"Dengan menstimulasi bagian otak ini, kemampuan kognitif dan fungsional secara keseluruhan pada pasien Alzheimer menurun lebih lambat dibandingkan pasien Alzheimer di kelompok pembanding yang tidak mendapat terapi dengan DBS," lanjut Scharre.

Salah satu partisipan yang sudah mengalami perbaikan dengan pacemaker otak ini adalah LaVonne Moore. Perempuan berusia 85 tahun ini sebelumya tidak mampu mempersiapkan makanan yang mudah sekalipun. Setelah dua tahun menerima stimulasi otak dalam dari pacemaker ini, Moore bisa menginisiasi persiapan memasak sederhana secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan dan memasak masakan yang ia rencanakan.

Tak hanya itu, Moore juga mampu menyusun rencana berpergian, mulai dari mengatur transportasi dan menentukan destinasi, membuat persiapan terkait cuaca hingga mempersiapkan uang yang diperlukan. Moore juga kembali meraih kemandirian untuk memilih sendiri pakaian yang akan dikenakan.

Temuan ini menunjukkan bahwa modulasi jaringan frontal untuk memperbaiki kekurangan fungsi eksekutif dan perilaku cukup menjanjikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait penggunaan pacemaker otak pada pasien Alzheimer.

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh tim peneliti Ohio State University adalah melakukan eksplorasi metode non bedah untuk menstimulasi lobus frontal. Dengan begitu, pasien Alzheimer bisa mendapatkan opsi terapi yang tidak begitu invasif untuk memperlambat gejala penyakit mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement