Selasa 20 Feb 2018 16:10 WIB

Sindrom Keterasingan Orang Tua Serang Keluarga Broken Home

Orang tua kerap menjadikan anak senjata menghancurkan orang tua lainnya

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Keluarga broken home.
Foto: ist
Keluarga broken home.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sindrom keterasingan orang tua (parental alienation syndrome) mungkin terdengar baru bagi sebagian orang. Bagi keluarga yang mengalami disfungsi atau broken home, seperti pasangan berkonflik atau bercerai, sindrom ini biasanya muncul.

Bagaimana bentuknya? Seorang suami yang tidak suka atau marah dengan mantan istrinya menceritakan keburukan sang ibu di depan anak-anaknya. Seorang ibu merekonstruksi kejadian masa lalu tentang mantan suaminya sehingga anak percaya hal-hal buruk yang dilakukan ayahnya.

Sindrom keterasingan orang tua menyebabkan anak selalu merasa negatif pada salah satu orang tuanya. Sering kali itu karena alasan yang tak benar yang diceritakan orang tua mereka yang lain.

Perilaku ini sering terjadi ketika hubungan pasangan tengah berkonflik, bahkan semakin parah ketika bercerai. Sindrom ini semakin akut ketika salah satu orang tua memutuskan menikah lagi. Dia mungkin ingin menghapus kenangan anak dengan ayah atau ibu kandungnya yang sudah bercerai.

Penulis buku 'From Conflict to Resolution' dan 'The Power of Two' sekaligus pakar hubungan dari Harvard University, Susan Heitler mengatakan orang tua menggunakan anak-anaknya sebagai senjata untuk menghancurkan orang tua lainnya. Sikap ini membuat anak-anak bisa menyakiti ayah atau ibunya secara perasaan bahkan fisik.

"Anak butuh kedua orang tuanya. Mereka tidak ingin orang tuanya bercerai, atau dilibatkan dalam konflik perebutan hak asuh anak," kata Heitler, dilansir dari Psychology Today.

Anak merasa dilecehkan ketika kedua orang tuanya bertengkar memperebutkan mereka. Anak merasa dilukai ketika orang tuanya menggunakan berbagai cara untuk meluapkan emosi, dan mengabaikan keinginan anak.

Penderita gangguan sindrom keterasingan orang tua, kata Heitler cenderung menyalahkan pasangan atau mantan pasangan di depan anak. Tak jarang mereka menempatkan diri sebagai korban.

"Ayahmu egois," kata seorang ibu yang sebetulnya juga egois. "Ibumu gila," kata ayah yang sebenarnya secara emosional sudah tak sehat. Sebaiknya Anda mulai sekarang menyadari apakah mengidap penyakit tersebut, kemudian jawab beberapa pertanyaan berikut.

"Apakah Anda ingin anak Anda membenci ayah atau ibunya?" Jika ya, pikirkan lagi jawaban Anda.

"Apakah Anda benar-benar ingin merusak psikologis anak tentang orang tuanya?" Jika ya, pikirkan lagi jawaban Anda dan minta tolong ahli, seperti psikolog untuk membantu Anda keluar dari sindrom ini.

pare

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement