Senin 19 Feb 2018 16:34 WIB

Frekuensi ASI Pengaruhi Risiko Stunting pada Anak

Minimal anak harus diberikan ASI 8 kali sehari untuk cegah stunting.

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Ibu menyusui bayinya.
Foto: Republika/Prayogi
Ibu menyusui bayinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stunting merupakan salah satu bentuk dari kekurangan gizi kronik. Stunting mengakibatkan kondisi tinggi pertumbuhan tinggi anak di bawah normal. Selain memengaruhi fisik, stunting juga dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kesehatan anak di masa mendatang.

Kondisi yang mengkhawatirkan ini pada dasarnya bisa dicegah pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak. Ada beragam upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua, khususnya ibu, dalam mencegah stunting. Salah satunya dengan memberikan ASI secara eksklusif di enam bulan pertama usia anak.

Untuk mencegah stunting, ada frekuensi menyusui yang perlu dicapai ibu selama memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian, anak akan terlindungi dari stunting jika ASI diberikan minimal delapan kali per hari.

"Yang saya temukan, kalau (diberikan ASI) delapan kali per hari, anak tidak stunting," kata Kasubdit Promosi Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian BAPPENAS Dr Entos Zainal SP MPHM dalam Sarasehan Penurunan Angka Stunting bersama Yayasan Sayangi Tunas Cilik, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Entos mengatakan, secara teori ASI sebaiknya diberikan setiap kali anak menginginkan. Hanya saja, ibu perlu memastikan agar frekuensi menyusuinya tidak terlalu sedikit. "Teori mengatakan semaunya anak. Tapi nggak boleh cuma (menyusui) empat kali (per hari)," lanjut Entos.

Setelah melewati usia enam bulan, Entos mengatakan pemberian ASI juga harus diiringi dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI). MPASI yang diberikan pada anak harus berkualitas baik, menyehatkan dan beragam. Ibu bisa memanfaatkan bahan pangan bergizi dari daerah masing-masing untuk menjaga keragaman MPASI.

"Pada usia enam sampai 11 bulan, kebutuhan gizi (anak) 2/3 dari ASI dan 1/3 dari MPASI," terang Entos.

Di samping itu, ada beragam upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada anak. Beberapa di antaranya adalah menjaga kebersihan lingkungan dan tidak merokok.

Berdsasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stunting di Indonesia adalah 37,2 persen. Stunting perlu mendapatkan perhatian serius karena memiliki dampak yang sangat besar.

Dari segi kecerdasan, anak stunting berisiko kehilangan 10-15 poin IQ dan memiliki prestasi akademik yang kurang baik. Anak stunting juga memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, stroke hingga kanker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement