Rabu 14 Feb 2018 11:38 WIB

Reporter Berhijab Pertama Siaran di Televisi AS

Awalnya Tahera diingatkan kariernya akan tersendat bila mengenakan hijab.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Tahera Rahman
Foto: Facebook
Tahera Rahman

REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS -- Di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kerap menyuarakan sentimen negatif terhadap kaum Muslim, industri penyiaran masih membuka pintu bagi reporter berhijab. Hal ini dibuktikan oleh Tahera Rahman. Ia mencatatkan diri sebagai jurnalis full-time berhijab yang pertama kali siaran di stasiun televisi arus utama AS.

Tahera mampu membuktikan bahwa hijab tak mengurangi profesionalitasnya sebagai jurnalis dalam sebuah siaran di Local 4 News. Local 4 News merupakan afiliasi dari CBS yang mengudara di Quad Cities, wilayah perbatasan antara Illinois dan Iowa.

Penampilan perdananya di layar kaca adalah reportase penggalangan dana untuk klinik kesehatan di Quad Cities. Pada Jumat pekan lalu, Local 4 News mengumumkan bahwa Tahera Rahman adalah 'reporter full-time pertama yang merupakan wanita Muslim berhijab dan melakukan siaran di stasiun TV arus utama AS'. Pernyataan itu dirilis setelah serangkaian riset dan konsultasi dengan Muslim American Women in Media di grup Facebook.

Dikutip dari Hollywood Reporter, Tahera mengawali kariernya di televisi sebagai produser berita. Setelah bekerja selama dua tahun, ia dipromosikan dan diizinkan tampil melakukan reportase dengan berhijab. Dalam penampilan pertamanya, Tahera mengenakan kerudung berwarna hitam dan hijau.

Sebagai ungkapan kegembiraan atas kesempatan ini, keluarga Tahera sampai berkendara dari Chicago ke Quad Cities untuk melihat penampilannya di segmen pertama. "Aku awalnya merasa sepertinya tidak ada orang yang mau melihat wanita berhijab di televisi. Jadi aku tidak pernah berpikir ada kesempatan untukku tampil," katanya dalam sebuah obrolan feature dengan Local 4 News.

Sejak berstatus sebagai karyawan magang di CBS Evening News di Chicago, ia pernah diingatkan bahwa kariernya akan tersendat bila tetap menggunakan hijab. Setelah menerima banyak penolakan di sejumlah stasiun televisi di Chicago, ibunya menelpon dan menyemangati agar tak patah semangat.

"Ini seperti.. suatu hari seseorang akan mengamati kerjaku dan akan memberiku kesempatan," tutur alumnus Loyola University of Chicago itu.

Berdasarkan laporan Radio Television Digital News Association pada 2015,

kaum minoritas hanya mengisi ceruk kecil dalam industri penyiaran. Dari total pekerja di industri ini, hanya 14 persen yang diisi oleh kaum minoritas. Analisis dari Columbia Journalism Review menyebut pada 2013 lulusan sekolah penyiaran yang berasal dari kaum minoritas 17 persen lebih tidak disukai daripada lulusan yang notabene berkulit putih.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement