Senin 12 Feb 2018 09:37 WIB

4 Tips Selesaikan Konflik dengan Si Kecil

Orang tua kadang kurang sabar menghadapi si kecil.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Tampak seorang ibu dan anak perempuannya.
Foto: corbis
Tampak seorang ibu dan anak perempuannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit kebanyakan orang tua ketika menghadapi konflik dengan yang masih kecil relatif sama, kurangnya kesabaran. Anda mungkin terlanjur memarahi anak dengan emosi meledak-ledak, kemudian saat melihat wajah mereka tertidur lelap membuat Anda bertanya pada diri sendiri, apakah Anda orang tua terburuk di dunia?

Direktur Harvard International Negotiation Program yang juga profesor psikologi di Harvard Medical School, Daniel Shapiro mengatakan ada empat tips yang perlu diperhatikan orang tua yang tengah berkonflik dengan anak. Berikut pemaparannya, dilansir dari Psychology Today, Senin (12/2).

baca juga: Anak Remaja Sering Melawan? Ikuti Tips Ini

Jangan sampai 'vertigo'

Ketika konflik orang tua dan anak memuncak, Anda berisiko mengalami ketegangan emosional. Ini yang disebut Shapiro dengan vertigo di mana 'rasa sakit' di kepala Anda seolah tak terkendali. Setiap kali Anda fokus ke masalah, anak punya keinginan baru, kembali berkelahi dengan saudara kandungnya, memecahkan barang-barang di sekitarnya yang membuat orang tua kembali ke pusaran emosi.

Cara terbaik untuk keluar dari vertigo adalah menghindar masuk ke dalamnya. Saat ketegangan meningkat, tanyakan satu hal pada diri Anda, "Apakah saya mau terjebak dalam konflik ini?" Kemungkinan besar jawaban Anda pasti tidak. Jadi, luangkan waktu sejenak untuk mendapatkan kembali perspektif Anda.

Tarik napas dalam-dalam, bayangkan diri Anda sedang bersantai di tempat tidur, bernyanyi di kamar mandi, atau membaca buku novel favorit.

photo
Anak perempuan sedang belajar bersama ibunya/ilustrasi

Hargai perspektif anak

Orang tua cenderung berpikir mereka tahu semua jawaban yang benar, terutama saat berdebat dengan anak. Orang tua jarang tahu anak-anak juga memiliki perspektif berbeda dari sisi mereka. Anak-anak memiliki alasan memotivasi perilaku buruk atau baik.

Luangkan waktu untuk bertanya, mendengarkan, dan mencoba mengerti anak. Ketika anak Anda yang berumur 10 tahun mulai berteriak mengatakan "Ibu tidak adil," maka jangan bertahan dengan pendirian Anda. Tanyakan pada si kecil, mengapa dia berpikir seperti itu? Bisa jadi si kecil cemburu pada kakaknya, atau dia meminta lebih banyak perhatian.

Berikan hak otonomi pada anak

Bayangkan betapa tidak berdaya rasanya menjadi anak. Orang tua mengatur jam berapa mereka harus bangun pagi, apa yang harus mereka makan, kapan harus tidur, bahkan bagaimana cara berbicara. Maka, tak mengherankan jika anak terkadang merindukan kebebasan.

Jangan hanya mengatakan 'tidak' pada anak. Berikan mereka hak otonomi khusus, misalnya setengah jam ekstra untuk bermain. Jika Anda bersikukuh mengatakan tidak, jelaskan pada anak alasannya.

Orang tua juga bisa memberi anaknya pilihan, misalnya, "Jika kamu begadang malam ini, kamu harus tidur lebih awal besok malam. Kamu mau?"

Hindari konflik yang sama

Perhatikan pola konflik yang cenderung Anda dan anak alami. Misalnya, konflik biasanya dimulai ketika si kakak menggoda si adik, kemudian Anda datang mengatakan, "Kakak, jangan." Biasanya si kakak mengabaikan kata-kata Anda dan bertahan dengan tingkah lakunya, kemudian akhirnya meningkatkan 'tekanan' pada adiknya. Coba lakukan pendekatan lain untuk konflik ini.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement