Sabtu 10 Feb 2018 03:42 WIB

Kemenpar akan Kembangkan Pariwisata Nomaden di Borobudur

Pariwisata nomaden ini untuk menyambut delegasi peserta pertemuan IMF-Bank Dunia.

Candi Borobudur
Foto: Antara
Candi Borobudur

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meminta Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur segera mengembangkan konsep pariwisata nomaden nomadic tourism sebagai percepatan dalam menyambut pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2018.

Dalam peresmian BOP Borobudur di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (9/2) malam, Menteri Arief mengatakan pengembangan nomadic tourism seperti karavan dan kemah mewah (glamorous camping/glamping) lebih cepat dijadikan sebagai nilai jual pariwisata Borobudur daripada membangun hotel dan gedung permanen (fixed) yang membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun.

"Mulailah dengan nomadic tourism, mulailah dengan temporary, dengan cepat. Sesuatu yang kecil profitabilitasnya tidak harus kecil. Glamping untuk bintang empat atau lima itu nanti IMF World Bank sudah bisa dijual Oktober," kata Menpar.

Indonesia terpilih menjadi tuan rumah IMF World Bank Annual Meetings 2018 yang digelar pada Oktober mendatang. Pertemuan ini merupakan pertemuan terbesar dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan yang menghadirkan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara.

Arief menjelaskan pariwisata nomaden yang berencana dikembangkan di Kawasan Candi Borobudur sebagai persiapan IMF Meetings ada tiga, yakni karavan, glamping atau kemah mewah dan home port. Menurut dia, karavan atau kendaraan yang mencakup tempat tinggal merupakan bentuk penginapan yang fleksibel. Indonesia bisa mencontoh Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru yang dinilai mampu membentuk penginapan karavan.

"Kalau karavan bisa memilih spot terbaik dengan sudut panorama. Karavan bisa harian kamu pindah-pindah, glamcamp bulanan, home port mungkin bisa enam bulanan," kata Arief.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB) Indah Juanita mengatakan wisata glamping dinilai sesuai untuk area Kawasan Borobodur yang dikelilingi hutan. "Karena itu daerah kehutanan dengan kapasitas pembangunan yang rendah, tidak masif pembangunan gedung tapi bisa mendatangkan tamu cukup banyak. Contohnya glamping yang tidak merusak lingkungan," kata Indah.

Pengembangan pariwisata di Kawasan Borobudur akan dilakukan di area seluas 309 hektare yang mencakup Purworejo, Jawa Tengah. Pembangunan fasilitas umum dan infrastruktur lainnya akan berjalan efektif pada pertengahan tahun setelah penerbitan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Borobudur pada 2019 bisa mencapai 2 juta orang dengan proyeksi devisa negara mencapai 2 miliar dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement