Ahad 28 Jan 2018 13:16 WIB

Pengembangan Terbaru Teknologi E-Skin

Bisa menyentuh barang atau suatu objek virtual, tanpa harus melihatnya.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Winda Destiana Putri
E-Skin
Foto: Dailymail
E-Skin

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Teknologi kulit elektronik atau E-Skin menawarkan sebuah pengalaman baru, yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan. Dengan pengembangan terbaru teknologi E-Skin, kita bisa menyentuh barang atau suatu objek virtual, tanpa harus menyentuh atau bahkan melihatnya.

Teknologi ini dianggap sebagai satu langkah maju dalam agar manusia bisa mengendalikan suatu objek tanpa harus menyentuhnya. Pada dasarnya, E-Skin merupakan lapisan kulit sekunder yang terbuat dari lapisan film tipis. E-Skin ini bisa menempel di berbagai lapisan, termasuk kulit manusia.

Bahkan, dalam pengembangan terbarunya, E-Skin ini lebih tipis dari rambut manusia. Jika rambut manusia rata-rata memiliki ketebalan 50 mikrometer, maka E-Skin ini hanya setebal 3 mikrometer. Secara fisik, E-Skin ini berbentuk seperti plester tipis atau bahkan tato yang menempel di kulit, biasanya kulit tangan.

Cara kerja E-Skin ini menggunakan prinsip medan magnet sederhana. E-Skin, yang memiliki medan magnet, bakal mampu menggerapkan objek-objek yang memiliki kandungan magnet permanen. Hasilnya, pengguna E-Skin mampu mengendalikan objek-objek atau peralatan sehari-hari, seperti lampu virtual, keyboard, hanya dengan menggerakan tangan mereka, tanpa harus menyentuhnya.

Untuk menggerakan objek-objek virtual tersebut, E-Skin memadukan teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Dalam beberapa tahun terakhir, dua teknologi ini memang menjadi salah satu primadona dalam inovasi teknologi, terutama teknologi digital. Kendati begitu, teknologi E-Skin dianggap lebih efisien ketimbang perangkat VR/AR, yang masih menggunakan headset atau perangkat pendukung lainnya.

''Untuk memanipulasi objek virtual, sebenarnya sistem saat ini hanya menangkap citra dari pergerakan tubuh dengan menggunakan pendekatan optical. Namun, resolusi dari citra tersebut belum cukup mampu untuk merekonstruksi dari pergerakan jari-jari tangan, yang halus. Karena itu, baik kacamata ataupun sarung tangan untuk VR/AR justru menghambat pengalaman virtual realitas,'' kata salah satu tim peneliti, Danys Makarov, seperti dikutip Daily Mail.

Makarov menambahkan, dengan teknolgi E-Skin, maka komunikasi atau keterhubungan antara mesin dengan manusia akan lebih baik. Dengan bahan yang sangat lentur dan tipis, E-Skin bisa ditempatkan dimana saja, di berbagai bagian tubuh, tanpa merubah fungsi utamanya. ''Tidak hanya itu, E-Skin ini juga bisa ditempatkan di tempat-tempat lain, seperti bahan tekstil ataupun perangkat elektronik lainnya,'' tutur Makarov.

Lebih lanjut, E-Skin dinilai juga bisa digunakan oleh para tenaga keamanan profesional. Pada masa mendatang, para peneliti tengah mengembangkan teknologi E-Skin tersebut, dengan kemungkinan menggunakan medan magnet yang lebih kecil lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement