Kamis 04 Jan 2024 13:13 WIB

Gadis Kecil di Inggris Diduga Jadi Korban Gang Rape Virtual di Metaverse

Polisi Inggris perdana tangani kasus dugaan pemerkosaan beramai-ramai di Metaverse.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pengunjung memakai kacamata Virtual Reality (VR) pada hari kedua Web Summit di Parque das Nacoes di Lisbon, Portugal, 2 November 2022. Inggris tangani kasus dugaan gang rape di metaverse.
Foto: EPA-EFE/JOSE SENA GOULAO
Seorang pengunjung memakai kacamata Virtual Reality (VR) pada hari kedua Web Summit di Parque das Nacoes di Lisbon, Portugal, 2 November 2022. Inggris tangani kasus dugaan gang rape di metaverse.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi Inggris sedang menyelidiki dugaan pemerkosaan beramai-ramai terhadap avatar seorang gadis dalam game realitas virtual. Investigasi itu diyakini sebagai penyelidikan pertama yang melibatkan kasus gang rape di metaverse.

Dikutip dari laman New York Post, Kamis (4/1/2024), korban adalah seorang gadis di bawah 16 tahun. Dia sedang mengenakan headset realitas virtual (VR) dalam permainan imersif ketika avatarnya, yang merupakan representasi animasi dirinya, diperkosa oleh beberapa pria sekaligus.

Baca Juga

Meskipun tidak mengalami luka fisik, gadis itu mungkin menderita trauma psikis luar biasa yang serupa dengan korban perkosaan di kehidupan nyata. "Ada dampak emosional dan psikologis pada korban yang memiliki dampak jangka panjang dibandingkan cedera fisik apa pun," kata seorang perwira senior kepolisian.

Namun, pihak berwenang Inggris khawatir ada kendala besar, yakni kesulitan menuntut pelaku berdasarkan undang-undang yang ada. Sebab, undang-undang mendefinisikan kekerasan seksual sebagai sentuhan fisik secara seksual tanpa persetujuan.

Investigasi tersebut juga menimbulkan pertanyaan lain, tentang apakah polisi harus menggunakan waktu dan sumber dayanya untuk menyelidiki kejahatan metaverse. Padahal, masih banyak pula kasus pemerkosaan di dunia nyata.

Menteri Dalam Negeri Inggris, James Cleverly, membela dengan mengatakan perlunya penyelidikan pemerkosaan yang menggunakan VR tersebut. Bagi sebagian orang, tindakan itu mungkin bukan sesuatu yang nyata, namun dampaknya tetap dirasakan korban secara nyata.

"Kita berbicara tentang seorang anak di sini, dan seorang anak yang mengalami trauma seksual. Hal ini akan menimbulkan dampak psikologis yang sangat signifikan dan kita harus sangat berhati-hati dan tak boleh mengabaikan hal ini," ungkap Cleverly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement