REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Slogan "Merokok Membunuhmu" yang disebarluaskan untuk menekan jumlah perokok bukan isapan jempol belaka. Ada penelitian ilmiah yang mendasarinya, salah satunya yang telah dipublikasikan dalam jurnal medis The BMJ.
Studi terbaru yang dipimpin oleh Profesor Allan Hackshaw itu menjumpai bahwa tak ada level aman bagi para perokok. Merokok dalam tingkatan apa pun, sedikit maupun banyak, memiliki risiko kesehatan yang tak main-main.
Tim di bawah komando Hackshaw meninjau 55 publikasi yang memuat 141 studi terkait selama periode 1946 sampai 2015. Hasilnya, pria yang merokok hanya satu batang sehari 48 persen berisiko mengidap penyakit jantung koroner.
Para perempuan perokok memiliki risiko lebih besar, yaitu sebesar 57 persen. Pria dan wanita yang merokok 'sedikit' itu pun lebih berisiko terserang strok sebesar 25 persen dan 31 persen dibandingkan orang yang tidak merokok.
Pada 2013, National Institute for Health and Clinical Excellence merekomendasikan para perokok untuk membatasi kebiasaannya. Mereka dianjurkan mengurangi jumlah rokok dan menggantinya dengan permen karet nikotin atau camilan sejenis.
Menurut Hackshaw, hal tersebut tidak sepenuhnya efektif karena studi menunjukkan merokok buruk untuk kesehatan, sekecil apa pun frekuensinya. Perokok yang sekadar mengurangi rokoknya masih berisiko besar mengidap penyakit yang mengancam nyawa.
"Pengurangan risiko itu tak berlaku pada penyakit jantung dan strok, para perokok harus benar-benar berhenti alih-alih hanya mengurangi," kata pria yang bekerja di Institut Kanker University College London itu, dikutip dari laman Independent.
Pada 2016, terdata sebanyak 15,8 persen orang dewasa di Inggris merokok, di mana pria rata-rata merokok 12 batang sehari dan perempuan 11 batang sehari. Padahal, rokok dapat memberi efek buruk pada sirkulasi darah, otak, paru-paru, dan kesuburan.