REPUBLIKA.CO.ID, -- Perempuan berusia 66 tahun mengalami patah tulang rusuk yang cukup parah karena batuk terlalu keras. Pemicu batuk yang dialami perempuan tersebut adalah infeksi Bordetela pertussis, bakteri penyebab batuk rejan.
Seperti dilaporkan dalam New England Journal of Medicine, perempuan yang tak disebutkan namanya tersebut datang ke dokter untuk memeriksakan diri. Ia datang dengan keluhan batuk kering dan juga nyeri di bagian kanan tubuh selama dua minggu.
Dengan gejala menyerupai flu, dokter akhirnya memberikan terapi pengobatan flu kepada perempuan tersebut. Hanya saja, terapi pengobatan flu yang ia dapatkan sama sekali tidak memperbaiki gejala batuk kering dan nyeri yang ia rasakan.
Lima hari berselang, perempuan tersebut kembali memeriksakan diri ke dokter. Kali ini, perempuan tersebut menunjukkan adanya area lebam atau kebiruan yang sangat luas di bagian kanan batang tubuh. Melihat tanda kebiruan tersebut, dokter meyakini masalah yang diderita perempuan tersebut bukanlah flu.
Dokter mengambil tindakan lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan CT scan. Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan bahwa perempuan tersebut mengalami fraktur tergeser (displaced fracture) pada tulang rusuk kesembilan. Fraktur tergeser adalah kondisi patah tulang di mana potongan kedua sisi tulang tak lagi berada pada tempatnya. Pada kasus perempuan ini, tulang rusuk kesembilannya patah dan kedua ujung tulang rusuk tersebut terpisah.
Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa penyebab batuk yang dialami perempuan tersebut adalah batuk rejan yang disebabkan infeksi bakteri Bordetea pertussis. Pada dasarnya, batuk rejan atau batuk 100 hari merupakan penyakit yang biasanya ditemukan pada anak. Penyakit ini jarang ditemukan pada orang dewasa.
Seperti pada anak, batuk rejan pada dewasa juga merupakan penyakit serius yang perlu ditangani dengan baik. Kasus batuk rejan yang berat pada dewasa bisa menyebabkan beragam komplikasi, salah satunya patah tulang rusuk karena batuk terlalu keras.
Setelah mengetahui masalah yang dihadapi, tim dokter memberikan pengobatan dengan antibiotik untuk mengatasi batuk rejan yang dialami perempuan tersebut. Selain itu, perempuan tersebut juga menjalani operasi untuk memperbaiki kondisi patah tulang yang ia alami.
Setelah mendapatkan terapi, perempuan tersebut sudah dinyatakan pulih. Selain menangani perempuan tersebut, tim dokter juga memberikan terapi pengobatan batuk rejan untuk teman dekat dan keluarga tersebut. Terapi diberikan untuk memastikan bahwa orang-orang di sekitar perempuan tersebut tidak tertular batuk rejan.
Seperti dilansir dari Independent, gejala awal dari batuk rejan adalah hidung berair, mata memerah dan berair, sakit tenggorokan serta suhu tubuh sedikit meningkat. Gejala berupa batuk yang intens biasanya muncul kira-kira satu minggu setelahnya.