REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Gangguan jiwa menyerang orang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, dan status ekonomi. Hal itu sering kali tak terlihat dan menimbulkan kesalahpahaman maupun stigma.
Sebuah musem di Boston, Amerika Serikat membuat pameran khusus untuk mengurangi kesalahpahaman umum tentang penyakit jiwa. Pertunjukan ini mengeksplorasi kesehatan mental melalui lensa seni dan sains.
Selain pengetahuan terkini tentang gangguan jiwa, ada pula topik tentang bagaimana menangani kehidupan orang-orang dengan gangguan jiwa. Pameran ini akan dibuka sampai 11 Februari.
Seperti dilansir media Amerika, The Washington Post, dalam pameran ini akan ditampilkan 99 foto wajah orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Sebanyak 30 orang di antara mereka memiliki gejala skizofrenia, tiga puluh orang lainnya mengalami bipolar, dan sisanya merupakan orang-orang yang mencintai mereka.
Pameran itu juga akan menampilkan patung rangkaian DNA manusia lengkap. Patung ini sengaja disajikan untuk mengingatkan adanya penelitian berkelanjutan tentang upaya-upaya menghubungkan faktor risiko genetik dengan penyakit mental seperti skizofrenia dan depresi.
Sebagai informasi, menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 25 persen orang dewasa di Amerika Serikat memiliki penyakit jiwa. Sayangnya, bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, stigma dan kebingungan tentang penyakit jiwa masih tinggi.
Pada tahun 2007, Badan Penyalahgunaan Zat dan Administrasi Pelayanan Kesehatan Mental menemukan bahwa hanya 25 persen orang dewasa yang memiliki gejala penyakit jiwa percaya bahwa orang-orang peduli dan bersimpati kepada mereka. Meskipun kebanyakan orang dengan penyakit jiwa menjalani kehidupan normal, mereka mungkin mengalami diskriminasi atau dipersalahkan atas kondisinya.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat satu dari empat orang di dunia pernah terjangkit gangguan mental atau neurologis dalam hidup mereka. Sekitar 450 juta orang disinyalir menderita gangguan mental. Hampir satu juga di antaranya melakukan bunuh diri tiap tahun.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala depresi dan kecemasan mencapai enam persen untuk usia 15 tahun ke atas. Artinya, ada sekitar sekitar 14 juta orang di atas 15 tahun hidup dengan gangguan jiwa tersebut. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, mencapai 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400 ribu orang.