Jumat 30 Aug 2024 14:56 WIB

Alami Gejala Depresi? Jangan Takut ke Psikiater!

Orang dengan gejala depresi diimbau agar tidak takut berobar ke psikiater.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Depresi. (ilustrasi). Orang dengan gejala depresi diimbau jangan takut berobat agar mendapatkan penanganan lebih dini.
Foto: www.freepik.com
Depresi. (ilustrasi). Orang dengan gejala depresi diimbau jangan takut berobat agar mendapatkan penanganan lebih dini.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Depresi bukan sekadar perasaan sedih biasa. Ini adalah gangguan suasana hati yang serius dan dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan seseorang, mulai dari pekerjaan hingga hubungan sosial. Namun, kabar baiknya adalah depresi dapat diobati.

Psikiater dari Klinik Utama Kasih Ibu Sehati Kota Solo dr Afinia Permanasari mengatakan orang dengan gejala depresi jangan takut untuk berobat agar mendapatkan penanganan lebih dini. "Jangan takut ke psikiater, tidak harus selalu gangguan jiwa, tapi orang dengan masalah kejiwaan," katanya pada Bincang Kesehatan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (30/8/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan jika seseorang mengalami gejala burnout atau merasa lelah terus-menerus, stres, mudah tersinggung, dan merasakan cemas bisa ke psikiater. "Karena psikiater sekarang tidak harus selalu obat. Obat hanya untuk masalah yang sifatnya sedang ke berat," kata dia.

Ia mengatakan seseorang dikatakan depresi apabila menunjukkan beberapa tanda dengan intensitas lebih dari dua pekan. Beberapa tanda tersebut yakni afek depresif, menarik diri, rasa bersalah, gangguan makan, gangguan tidur, pesimis, dan ide-ide bunuh diri.

"Depresi ada ringan, sedang, berat. Kalau semua ada berarti depresi berat dan ini biasanya butuh obat. Tapi kriteria diagnosa tersebut harus lebih dari dua minggu," kata dia.

Ia mengatakan jika diagnosa tersebut dari sedang menuju berat maka harus ke psikiater, sedangkan jika diagnosa yang ditunjukkan masih ringan maka masih bisa ke psikolog. Disinggung mengenai kesehatan mental perempuan, dikatakannya, saat ini yang banyak ditemui yakni depresi, gangguan kecemasan, dan bipolar.

"Yang banyak sekarang kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), perselingkuhan, dan bully," kata dia.

Ia mengatakan kasus bully atau perundungan tidak jarang berasal dari standar kecantikan seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan orang yang melakukan perundungan. "Ini jatuhnya depresi atau gangguan makan," ujarnya.

Menurut dia, ada beberapa antisipasi yang bisa dilakukan oleh korban perundungan, yakni dengan memperkuat fundamental pertahanan. Ia mengatakan salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan melawan.

"Melawan dengan ketegasan, buka kekerasan. Atau kita lebih ada sense of humor, kita tetap bisa menjawab dengan kalimat yang baik dan kita harus ada wawasan luas, kalau orang bully kita bisa menimpali dengan kalimat yang baik. Kalau kita nggak punya ilmu atau wawasan luas orang akan ter-bully, depresi, paling parah jadi mengakhiri hidup," katanya.

Bincang Kesehatan tersebut merupakan rangkaian Indonesia Plus Size Berkain Berkebaya. Pendiri Indonesia Plus Size Berkain Berkebaya Ririe Bogar mengatakan setiap perempuan berhak tampil cantik meski berbadan besar.

"Melalui acara ini kami ingin mengedukasi bahwa perempuan dengan bentuk tubuh apapun cantik," katanya.

Di sisi lain, ia juga membahas kesehatan mental perempuan mengingat kaum perempuan lebih perasa.

"Pada prinsipnya perempuan harus belajar memahami dirinya. Kalau hanya mendengarkan orang lain ya mentalnya nggak akan kuat, apa kata orang belum tentu benar, makanya kami datangkan ahlinya, yakni psikiater di sini," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement