Jumat 12 Jan 2018 18:47 WIB

Ratu Elizabeth Pecat Pemasok Pakaian Dalam Kerajaan

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Butik pakaian dalam Rigby & Peller di Chelsea, London, Inggris.
Foto: AP
Butik pakaian dalam Rigby & Peller di Chelsea, London, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ratu Elizabeth memecat seorang pemasok bra kerajaannya. Alasannya wanita berusia 82 tahun itu mengungkapkan rahasia kerajaan dalam sebuah buku tahun lalu.

Toko pakaian dalam London yang mewah, Rigby & Peller telah memasok barang-barang yang tidak disebutkan ke keluarga kerajaan sejak 1900-an dan telah mengadakan Royal Warrant (tanda pemasok eksklusif ke Rumah Tangga Kerajaan) selama 57 tahun.

June Kenton, di tengah air mata, mengungkapkan kepada Associated Press bahwa tokonya telah dihentikan dari surat perintahnya tahun lalu setelah peluncuran "Storm in a D-cup" Maret lalu. Buku tersebut membahas pertemuan dengan Ratu, dan anggota keluarga kerajaan lainnya di Istana Buckingham.

Kenton menegaskan ia tidak bermaksud membocorkan informasi pribadi bangsawan, dan bahwa referensi untuk klien terkenalnya bersifat insidental, bukan hal yang tidak sopan. "Tidak ada apa-apa di sana yang membuatmu berpikir, 'Oh! Itu nakal'," katanya dalam wawancara, dilansir dari laman Travel and Leisure, Jumat (12/1).

Namun, Kenton memang menulis tentang bagaimana ia memberi anak-anak Putri Diana, Pangeran William dan Pangeran Harry, poster pakaian renang untuk dimasukkan ke kamar mereka selama mereka di sekolah sambil memberi Diana pakaian dalam. Ia juga menulis tentang pertemuan Ratu Elizabeth di Istana Buckingham, dengan fokus pada kegugupan dan kejutannya memasuki kamar tidur kerajaan.

"Kami tidak pernah berdiskusi tentang apa yang kami lihat di ruang pas. Itu antara Anda dan pelanggan," ungkapnya.

Kenton juga membahas rincian mengenai pertemuan Ibu Suri dengan Putri Margaret dan ketidaksetujuan mereka tentang topi, dengan mengutip Ibu Suri yang mengatakan, "Saya berpura-pura mendengarkan Margaret dan kemudian, begitu dia pergi, saya memesan apa yang saya inginkan".

Sayangnya, langkah tersebut merugikan perusahaannya, Kenton meyakini. Namun, pejabat dari Istana Buckingham menolak berkomentar apakah ini penyebabnya. Pejabat mengatakan kepada AP bahwa mereka tidak pernah mengomentari perusahaan perorangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement