Senin 11 Dec 2017 16:11 WIB

Alasan Banyak Orang Berbohong di Resume Kerja Mereka

Rep: MGROL 99/ Red: Indira Rezkisari
Wawancara pekerjaan.
Foto: Republika/Prayogi
Wawancara pekerjaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam situasi tertentu, menceritakan hal yang sempurna atau yang baik-baik dari diri Anda memang bagus. Anda mungkin bisa merekayasa kesempurnaan tersebut pada teman SMA saat reuni, Tapi berbohong tentang hal tersebut tentu bukan hal yang harus dilakukan, apalagi saat melamar sebuah pekerjaan.

Ketika Anda ingin jujur pada calon atasan di pekerjaan, Anda juga mungkin ingin tampil sedewasa mungkin di hadapannya. Sehingga Anda sedikit berbohong untuk menaikkan kualitas resume. Jika begitu, Anda bukan satu-satunya orang yang berbohong terkait hal tersebut.

Dilansir dari Reader's Digest, 26 persen orang di bawah usia 40 tahun mengaku berbohong di resume mereka. Survei tersebut menemukan penurunan eksponensial setelah usia 40 tahun dengan hanya 7 persen responden di atas 40 yang mengaku merekayasa resume mereka.

Survei tersebut melihat 1.000 pekerja AS dan bertujuan untuk melihat apa yang disebut "kesenjangan keterampilan" dalam angkatan kerja. Hampir 80 persen responden menemukan bahwa karena pasar kerja yang berubah, maka ada kesenjangan keterampilan, yang berarti perusahaan membutuhkan keterampilan yang tidak dimiliki pekerja mereka.

Jadi, sebisa mungkin jujurlah ketika menulis resume dan jangan berbohong. Jika calon manajer Anda mengetahuinya, sebuah survei LinkedIn menemukan 52 persen manajer yang mempekerjakan akan membatalkan kandidat dari proses tersebut jika mereka mengetahui bahwa seseorang telah berbohong tentang pengalaman kerja mereka sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement