Senin 11 Dec 2017 14:18 WIB

Film Tengkorak Masuk Festival Film Cinequest 2018

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi pers film Tengkorak bersama Sutradara Yusron Fuadi dan Produser (Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto di Universitas Gadjah Mada.  Film fiksi ilmiah itu sendiri menjadi salah satu nominasi Best Sci-fi, Fantastis dan Horror Feature Award dalam Cinequest Film Festival 2018 di California. Senin (11/12).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Konferensi pers film Tengkorak bersama Sutradara Yusron Fuadi dan Produser (Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto di Universitas Gadjah Mada. Film fiksi ilmiah itu sendiri menjadi salah satu nominasi Best Sci-fi, Fantastis dan Horror Feature Award dalam Cinequest Film Festival 2018 di California. Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Setelah sukses di Festival Film Asia JAFF 2017, film karya sivitas Universitas Gadjah Mada (UGM) Tengkorak meraih official selection dalam Cinequest Film & VR Festival 2018. Tengkorak masuk kategori Best Sci-fi, Fantasy dan Horror Feature Award.

Produser film Tengkorak, Wikan Sakarinto mengatakan, Cinequest bisa dibilang festival film terbaik di Amerika Serikat. Karenanya, ia merasa bangga Tengkorak bisa mendapat undangan untuk World Premiere di Cinequest 2018 yang akan digelar di Kalifornia tersebut.

Terlebih, Tengkorak akan ditampilkan bersama ratusan film dari puluhan negara yang dirasa layak diputar pada Cinequest. Cinequest 2018 sendiri akan dilaksanakan pada 27 Februari-11 Maret 2018 di San Jose, Silicon Valley, California.

"Menurut invitasi yang kita terima Tengkorak meraih nilai juri yang cukup tinggi, lolos official selection," kata Wikan, Senin (11/12).

Ia mengungkapkan, Tengkorak dibuat mulai dari nol menggunakan gaji-gaji produser, sutradara dan elemen-elemen lain yang ambil bagian dalam pembuatan film. Menurut Wikan, semua dilakukan karena meyakini Tengkorak memiliki potensi yang mendunia.

Senada, Sutradara Yusron Fuadi menuturkan, hampir semua elemen yang terlibat mulai dari kru-kru sampai pemain sama sekali tidak mendapat bayaran. Dalam pembuatannya, alat-alat yang digunakan selama ini merupakan alat-alat milik UGM.

Ia mengatakan, pembuatan film Tengkorak memang terbilang sangat lama yaitu sejak 2013. Pengambilan gambar dilakukan di beberapa titik di lima kabupaten/kota yang ada di DIY dan satu lokasi di Singapura.

Bahkan, pengambilan gambar terakhir dilakukan belum lama sekitar sebulan yang lalu. Maka itu, masuknya Tengkorak untuk dapat diputar di Cinequest benar-benar memuaskan, tentu bagi semua elemen yang terlibat dalam film.

"Kalau untuk makan, transportasi dan lain-lain Rp 500 juta  sampai Rp 600 juta, sebab empat tahun dan semua tidak dibayar, tapi bila pemain-pemain, sutradara, kru-kru dibayar mungkin sampai 12 M," ujar Yusron.

Terinspirasi dari pengalaman-pengalaman masa kecil Yusron, Tengkorak sendiri mengisahkan penemuan tengkorak-tengkorak berukuran super raksasa di sekitaran DIY usai gempa besar. Tim produksi berasal dari dosen-dosen dan mahasiswa-mahasiswa UGM.

Proses memakan waktu hampir empat tahun, tapi pembuatan sampai pengerjaan visual effect dikerjakan secara in-house di Sekolah Vokasi UGM. Ikut bermain Rektor UGM, dekan-dekan, guru-guru besar, mahasiswa seniman dan masyarakat DIY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement