REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang menghabiskan lebih dari sepertiga dari kehidupannya di tempat tidur. Namun tempat itu dapat dengan cepat berkembang menjadi 'taman botani' bagi bakteri dan jamur, menurut ahli mikrobiologi Universitas New York, Philip Tierno.
Jika dibiarkan terlalu lama, kehidupan mikroskopik di lipatan seprei bisa membuat pemiliknya sakit, Tierno mengatakan kepada Business Insider. Untuk membendung arus tak kasat mata, katanya, seprei harus dicuci sepekan sekali.
Rekomendasi tersebut juga ditekankan oleh penulis sebuah penelitian yang diterbitkan pada 30 November di Journal of Allergy and Clinical Immunology. Setelah menguji ribuan rumah di Amerika, para peneliti menemukan lebih dari 90 persen dari mereka memiliki setidaknya tiga alergen yang dapat dideteksi.
Bila alergen ini mengintai di tempat di mana mulut dan hidung Anda berada tepat di atas mereka sehingga dapat memicu bersin, terlepas dari apakah Anda memiliki alergi yang diketahui atau tidak.
"Bahkan jika Anda tidak memiliki alergi, Anda bisa mendapat respons alergi," kata Tierno, dilansir dari laman Business Insider Singapore, Ahad (3/12).
Alasan lain mengapa mikroba ini bisa mengintai di tempat tidur adalah karena tetap hangat dan lembab. Manusia secara alami menghasilkan sekitar 26 galon keringat di antara seprei setiap tahun. Saat panas dan lembab, kelembaban ini menjadi apa yang oleh para ilmuwan disebut 'media kultur jamur ideal', bantal juga bisa menampung sebanyak 16 jenis jamur.
Selain jamur dan bakteri yang berasal dari sumber manusia, tempat tidur juga dilengkapi dengan mikroba asing seperti bulu binatang, serbuk sari, tanah, serat, debu dan kotoran. Mereka juga bisa mengandung sisa-sisa bahan akhir yang digunakan untuk menghasilkan seprai.