REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ajang tahunan Jogja International Hertige Walk (JIHW) kesembilan resmi berlangsung di Yogyakarta, Sabtu (18/11). Inilah acara yang menggabungkan antara olah raga jalan kaki sambil menikmati suguhan ragam budaya yang ada di Yogyakarta. Lebih dari 7.500 peserta, termasuk
diantaranya 285 wisatawan mancanegara mengikuti ajang yang berlangsung hingga, Ahad (19/11) esok.
Di ajang berskala interasional ini para peserta diajak berjalan kaki sambil menikmati keagungan budaya Yogyakarta. Diantaranya Candi Kedulan, Candi Sari, Candi Sambisari, juga Candi Prambanan. Selain itu juga alam pedesaan dengan keramahan masyarakat serta objek wisatanya. Seperti Jembatan Silik di Dusun Karantengah, Kedungmiri, Sriharjo dan Jembatan Oya.
JIHW juga merangkul Omah Perenting untuk kegiatan sub event di lapangan Brahma yaitu Family Fun Walk, lomba mewarnai dan Lomba Melukis Payung. Serta diselingi edutrip yang dipandu oleh Medang Heritage Society serta Hompimpa Kampung Dolanan Anak.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam sambutannya di acara pembukaan JIHW, Sabtu (18/11), di Lapangan Brahma, Kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, mengatakan event ini tidak hanya untuk mempromosikan gaya hidup sehat tapi juga untuk meningkatkan
komunikasi dan interaksi antarmasyarakat dari berbagai latar agama, kebangsaan, bahasa dan budaya.
Selain itu juga untuk semakin mengembangkan dan memperkuat sektor pariwisata Yogyakarta sebagai salah satu destinasi utama wisatawan. Baik nasional maupun mancanegara.
"Harapan kami, ini bisa menjadi salah satu event pariwisata dan bisa mendatangkan banyak turis untuk menambah devisa negara," kata Sri Sultan. Turut hadir dalam acara pembukaan, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, H.E Masafumi Ishii.
JIHW sendiri terbagi dalam tiga kategori. Yakni lima kilometer, 10 kilometer dan 20 kilometer. Wisatawan mancanegara yang mengikuti ajang ini datang dari berbagai negara.
Di antaranya Belanda, Belgia, Jerman, Prancis, Austria, Australia, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Cina, Taiwan, Amerika Serikat dan Kanada. Dalam kesempatan ini, warga desa yang dilewati diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mempromosikan potensi yang dimilikinya.
"Termasuk potensi ekonomi warga setempat. Mulai dari kerajinan tangan serta olahan pangan tradisional yang ada di desa tersebut. Disamping kesenian tradisional dan keramahtamahan warga setempat," katanya.
Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti didampingi Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah Tazbir mengatakan, event ini sangat menarik untuk menarik minat wisatawan, khususnya mancanegara.
Hal ini tidak lepas dari keunikan yang dimiliki Yogyakarta dengan segudang ragam budaya dan keindahan alam. Sehingga ketika dikolaborasikan dengan event jalan kaki kelas dunia, menjadi satu atraksi yang kuat. Terlebih Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota International Marching League (IML) atau Liga Jalan Kaki Dunia.
"Peminatnya besar, datang dari banyak negara. Sehingga bisa menjadi gaya hidup sehat tapi juga sekaligus mempromosikan pariwisata ataupun olahraga rekreasi. Kita pun akan semakin terbantu karena acara ini masuk dalam website IML internasional," ujar Esthy yang juga didampingi Kepala Bidang Penguatan Jejaring Kemenpar Hidayat.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut sport tourism memiliki indirect impact atau media value yang tinggi. Bahkan lebih tinggi dari direct impactnya.
“Karena itu, promosi dan informasi soal sport tourism itu harus ditangani dengan baik,” jelas Arief Yahya.
Terlebih Yogyakarta begitu kuat dengan atraksi yang dimiliki. Yogyakarta dengan ikon Candi Borobudur tentunya akan menjadi destinasi yang selalu dinanti wisatawan.