Senin 13 Nov 2017 08:32 WIB

Polemik Ijen, Ini Penjelasan Menteri LHK dan Menpar

Sejumlah wisatawan menikmati suasana di puncak Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (3/6). (Antara/Budi Candra Setya)
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Sejumlah wisatawan menikmati suasana di puncak Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (3/6). (Antara/Budi Candra Setya)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Simpang siur seputar informasi pembangunan fisik di puncak Ijen, Banyuwangi sampai juga ke Menteri Pariwisata Arief Yahya. Apalagi hal ini telah menjadi perbincangan hangat di media sosial, lebih banyak yang kontra daripada yang setuju. 

“Beberapa pertanyaan media yang sampai di handphone saya, langsung saya forward ke Bu Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri LHK), yang punya kawasan itu. Dan beliau langsung merespons cepat, terima kasih Ibu MenLHK, ini sangat membantu netizen yang ingin tahu,” jelas Arief Yahya.
 
Menpar yang asli Banyuwangi itu, kebetulan menghadiri pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Sabtu 11 November 2017 lalu. Ada beberapa pejelasan Menteri Arief kepada wartawan di Pendopo Kabupaten Banyuwangi. Pertama, apa yang dibangun yaitu pagar, mushala dan toilet, sangat dibutuhkan oleh wisatawan.
 
Kedua, kata Arief Yahya, lokasi bangunan mushala dan toilet tidak pada lokasi yang biasa untuk melihat pemandangan dan bukan di jalur pendakian. “Mungkin ini yang perlu disosialisasikan, agar tidak menimbulkan aneka praduga,” sebut Arief Yahya. 
 

Sementara itu Menteri LHK juga telah mengkonfirmasi mengenai polemik pembangunan di wilayah puncak Ijen tersebut. Menurut Siti Nurbaya konstruksi yang dibangun dikawasan tersebut telah melalui berbagai pertimbangan. Pertama karena lebar bibir kawah ijen hanya dua meter, dengan kanan kiri kawah dan jurang sehingga perlu diantisipasi dengan membangun pagar pengaman. Pagar dibangun dengan struktur menyerupai kayu sehingga menyatu dengan alam. 

Siti Nurbaya menambahkan, pagar juga sudah ada sebelumnya namun sangat tidak aman. "Pagar akan membatasi pengunjung dari kawah, karena pengunjung terlarang untuk turun ke kawah dan selama ini tidak ada pembatas meski ada papan larangan," ujarnya.
 
Kemudian pembangunan toilet dan mushala menurut Siti dilakukan untuk menjawab dan memenuhi permintaan wisatawan, masyarakat dan pejabat yang berkunjung ke Ijen. Mereka kerap mengeluhkan ketiadaan mushala sehingga tidak bisa salat tepat waktu.
 
"Yang dibangun hanya pagar pengaman, toilet, mushala. Tidak ada bangunan lain selain itu. Dan bukan kereta gantung, warung, toko, resto, hotel ataupun taman bermain. Titik mushala dan toilet pun bukan di jalur pendakian, dan tidak akan menghalangi pandangan pengunjung dari blue fire, karena terletak 226 meter dari titik blue fire. Tinggi pagar hanya 85 sentimeter sehingga tidak menghalangi fotografi," kata Siti.
 
Dana yang digunakan untuk pembangunan mushala, pagar dan toilet berasal dari Pemerintah. Sebab Ijen adalah salah satu prioritas pariwisata nasional. Anggaran pembangunan Ijen dibangun dengan Dipa KLHK melalui Dipa BBKSDA Jatim Tahun Anggaran 2017.
 

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement