Kamis 09 Nov 2017 12:38 WIB

Manjakan Wisatawan, Silangit Jadi Pionir Smart Airport

Dua perempuan berbusana daerah khas Tapanuli menyambut kedatangan pesawat CRJ 1000 milik maskapai Garuda Indonesia yang melakukan penerbangan perdana dari Jakarta ke Silangit, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Selasa (22/3).
Foto: Antara/Lucky R.
Dua perempuan berbusana daerah khas Tapanuli menyambut kedatangan pesawat CRJ 1000 milik maskapai Garuda Indonesia yang melakukan penerbangan perdana dari Jakarta ke Silangit, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Selasa (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sebagai pintu masuk ke kawasan wisata kelas dunia, Bandara Silangit menerapkan layanan dan fasilitas kelas dunia. Bandara Internasional ini pun diset menjadi pionir Smart Airport di kategori bandara berkapasitas 500 ribu penumpang.

Berbagai fasilitas berbasis digital itu tentunya akan menciptakan pengalaman yang baik bagi penumpang. Khususnya para wisatawan mancanegara. Perjalanan mereka ke Danau Toba akan semakin berkesan. Ujungnya, mereka akan menjadi repeater dan menyebarkannya (promosi) ke keluarga dan kolega.
 
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, fasilitas berbasis digital itu diantaranya adalah airport bus schedule display, dimana para pengguna jasa bandara dapat mengetahui estimasi waktu untuk melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi ke tempat tujuan masing-masing. Kemudian e-payment di tenant komersil yang akan memudahkan para pelanggan dalam berbelanja tanpa harus menggunakan uang tunai.
 
Selanjutnya Wifi.id corner berkecepatan tinggi dengan ketentuan yang berlaku. Kemudian juga bus ticketing vending machine yang memudahkan dalam proses antre, smart baggage untuk mengetahui estimasi waktu serta dapat memonitor posisi bagasi penumpang, self check-in terminal domestik dan internasional, APPS pada check-in counter, konten layanan di aplikasi Indonesia Airports dan digital banner beserta kontennya.
 
"Serta tentunya tourism info desk yang memberikan informasi seluas-luasnya yang diperlukan terkait pariwisata di daerah setempat maupun sekitarnya," ujar Muhammad Awaluddin.
 
Seluruh fasilitas berbasis digital tersebut sudah siap 100 persen saat penerbangan perdana internasional di Silangit pada 28 Oktober 2017 lalu.Awaluddin mengatakan, penerbangan internasional saja tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan pariwisata Danau Toba. 
 
Lebih dari itu, dibutuhkan juga bandara yang mampu menciptakan journey experience dan dapat memberikan kesan pertama yang baik kepada para wisatawan guna melengkapi perjalanan mereka.
 
Untuk itu, jelas Awaluddin, meski sosialisasi kapasitas Bandara Internasional Silangit tidak terlalu besar, namun AP II tetap fokus melakukan pengembangan soft infrastructure melalui digitalisasi layanan.
 
"Kami membangun Bandara Internasional Silangit sebagai beranda yang ramah terhadap para wisatawan domestik dan mancanegara," ujar Awaluddin.
 
Dengan berbagai fasilitas berbasis digital itu, AP II dapat melayani pengguna jasa bandara mulai dari sebelum melakukan perjalanan (pre-journey), saat melakukan perjalanan (on-journey) dan ketika setelah melakukan perjalanan (post-journey).
 
Saat pre-journey, penumpang pesawat dapat terlebih dahulu membuka aplikasi Indonesia Airports di smartphone untuk mengetahui jadwal penerbangan, meja check-in penerbangan, melihat tenant F&B, hingga mengecek hotel yang ada di Siborong-borong beserta jarak tempuh dari Bandara Internasional Silangit.
 
Saat on-journey, penumpang pesawat dapat memantau aktivitas penanganan bagasi secara langsung berkat konsep smart baggage yang sudah diimplementasikan di Silangit. Ketika baru tiba di Silangit, penumpang pesawat juga dapat langsung terkoneksi dengan wifi berkecepatan tinggi hingga 100 Mbps. Di samping itu, penumpang pesawat juga dapat mencari tahu lokasi wisata yang wajib dikunjungi melalui e-kiosk di area kedatangan.
 
Tidak hanya itu, apabila bepergian dengan transportasi publik maka wisatawan dapat semakin mudah dengan membeli tiket bus melalui vending machine yang terletak di terminal kedarangan Bandara Internasional Silangit.
 
Adapun setelah melakukan perjalanan atau post-journey, sebelum tiba di bandara tujuan apakah itu Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau Kualanamu, penumpang pesawat sudah dapat memesan taksi melalui aplikasi Indonesia Airports untuk mengantar ke tujuan.
 
Aplikasi Indonesia Airports juga dapat  membantu penumpang yang baru tiba di Soekarno-Hatta untuk melihat lokasi parkir mobil penjemput berkat implementasi konsep Smart Parking. Bagi yang memilih transportasi publik, di terminal kedatangan juga tersedia vending machine untuk antrian taksi atau pembelian tiket Damri.
 
"Pengembangan Bandara Internasional Silangit, baik itu dengan pembangunan infrastruktur maupun pengembangan soft infrastructure, merupakan salah satu fokus AP II guna  mendukung program pemerintah yakni mewujudkan kawasan wisata Danau Toba menjadi destinasi baru berkelas dunia seperti halnya Bali," ujar Awaluddin.
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan AP II dalam mengimbangi perkembangan wisata di Kawasan Danau Toba. Khususnya melalui layanan fasilitas berbasis digital di Bandara Internasional Silangit.
 
"Dengan semakin terbukanya kawasan wisata Danau Toba, tentu menjadi tantangan bagi AP II untuk dapat melayani wisatawan yang masuk dengan baik. Digitalisasi adalah kuncinya," ujar Arief Yahya.
 
Arief mengatakan dengan pegembangan layanan dan fasilitas pendukung, sangat menunjang pariwisata. Sebab keberadaan bandara merepresentasikan wajah muka bangsa Indonesia. Karena itu harus cantik, menarik dan excellent services.
 
“Salah satu yang membuat tertarik wisman untuk datang adalah kenyamanan di bandara. Karena bandara adalah first impression, kesan pertama yang dirasakan wisman. Kalau kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya pasti menang!” ujar Arief Yahya.
 
Improvisasi fasilitas bandara di era digital yang dilakukan AP II dikatakan Menpar sangat baik. Dari sisi corporate level, bisnis level strategi, sampai dengan fungsional level, strateginya sangat baik.
 
“Para pengguna jasa bandara itu ingin yang sederhana. Mereka ingin di bandara cepat nyaman dan tidak ribet. Apakah mampu mengelola jutaan orang jika tidak menggunakan digital?” kata Arief Yahya.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement