REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Islam tidaklah seram. Islam juga tidak mengajarkan kekerasan. Penggambaran Islam tersaji apik dalam Film dokumenter tentang kehidupan sehari-hari di pondok pesantren Indonesia karya sutradara Italia, Italo Spinelli, yang berjudul Da'wah. Film ini ditayang di Festival del Cinema di Roma pada Sabtu.
Studio berkapasitas lebih dari 300 orang di kawasan pertunjukan seni terkemuka kota Roma, Auditorium Parco della Musica, penuh saat Da'wah diputar dan tepuk tangan meriah membahana panjang begitu film usai.
Sehari sebelum penayangan film, tiket pertunjukan yang juga dijual secara online telah habis. Animo warga Roma cukup mengejutkan terhadap film yang gambar-gambarnya diambil di Pesantren Dalwa di Pasuruan, Jawa Timur.
Pembuat film kawakan Italo Spinelli selama sembilan hari penuh mengikuti seluruh kegiatan siswa pesantren, termasuk proses belajar-mengajarnya. "Saya belajar banyak selama proses pembuatan film ini. Berbeda dari persepsi sebagian orang terhadap Islam, pengajaran agama yang diberikan kepada para murid justru tidak mendukung adanya tindak kekerasan," kata Italo Spinelli.
Ia menuturkan bahwa para guru di pesantren tersebut justru menekankan pentingnya berbagi kebahagiaan dan kasih sayang kepada sekitarnya. Ketika ditanya mengenai hal menarik yang dia temui selama pembuatan film, Spinelli berbicara mengenai konsep jihad yang dia temui selama penggarapan dokumenter. "Bahwa jihad yang sesungguhnya adalah perlawanan terhadap emosi diri sendiri, bukan musuh dari luar."
Ide untuk membuat film dokumenter itu muncul saat Spinelli berkunjung ke Indonesia untuk membuat film lain beberapa tahun lalu. Spinelli, yang juga direktur festival film Asia terbesar di Roma, Asiatica Film Festival, menggalang kerja sama dengan produser eksekutif Sapta Nirwandar dan Irsyad Yusuf serta produser Budiarman Bahar dan juga didukung oleh Pemerintah Daerah Pasuruan.
Panitia Festival di Roma menilai Film Da'wah bagus dari segi sinematografi dan narasi ceritanya. Maestro film peraih piala Oscar, Bernardo Bertolucci, yang memberikan pengantar sebelum penayangan film, juga menyampaikan kekagumannya pada kepiawaian Spinelli bercerita dan menggambarkan kehidupan madrasah di Indonesia lewat film ini. Sutradara film The Draemers, The Last Emperor, juga The Last Tango in Paris itu pun mengharapkan agar para guru dan murid sekolah bisa menyaksikan film ini.
Produser Film Da’wah, Sapta Nirwandar mengungkapkan bahwa film ini sengaja banyak diputar di Eropa karena pesannya lebih tepat untuk masyarakat Barat. Dia menilai pesan yang terekam dalam Film Da’wah lebih cocok untuk memberikan pemahaman kepada publik Barat yang sebagian masih berpandangan sempit dalam melihat Islam. Kehidupan pesantren yang begitu sederhana, menurut Sapta, memberi kesan khusus bagi masyarakat Barat.
Dalam pembuatan film tersebut, pihaknya mengaku sama sekali tidak memberikan intervensi terhadap kreativitas Spinelli sebagai sutradara dan para krunya. Awak yang terlibat dalam pembuatan film ini, menurut Sapta, sudah memberi simbol Islam yang menghargai keragaman. "Ini film tentang pesantren, tapi Italo sebagai sutradara adalah non-Muslim,” katanya.
Duta Besar RI untuk Vatican, Agus Sriyono, mengungkapkan bahwa memang Film Da’wah ini membawa pesan yang lebih universal. Dia menilai film ini sangat bagus untuk menyampaikan pesan perdamaian kepada dunia. Pada malam pemutaran itu, selain agus juga hadir Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani. Esti mengungkapkan bahwa antusiasme publik Italia ini memberi gambaran soal keinginantahuan mereka soal Islam di Indonesia. Film Da’wah rencananya akan diputar di 10 kota di Italia.