Rabu 18 Oct 2017 13:26 WIB

Pariwisata Jadi Primadona Baru Perekonomian Jokowi-JK

Para wisatawan menyaksikan matahari terbenam di atas Gunung Agung dari desa Amed di Karangasem, Bali, Indonesia (10/10).
Foto: EPA
Para wisatawan menyaksikan matahari terbenam di atas Gunung Agung dari desa Amed di Karangasem, Bali, Indonesia (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Energi positif terpancar dalam suasana paparan Kinerja Tiga Tahun Sektor Pariwisata Pemerintahan Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Kantor Staf Presiden Jakarta, Selasa (17/10). Capaian pertumbuhan sektor pariwisata menunjukkan angka yang mengesankan, sehingga sektor pariwisata menjadi primadona perekonomian bangsa ke depan.

Bahkan sumbangan devisa dan penyerapan tenaga kerja dari sektor ini meningkat signifikan. Reputasi Wonderful Indonesia di pentas dunia pun melejit dan memancarkan optimisme. Paparan yang disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya itu bertajuk "Pembangunan Ekonomi Baru dan Peningkatan Produktivitas untuk Menunjang Pemerataan".
 
"Pariwisata sudah dilirik sebagai primadona baru bagi perekonomian bangsa karena pertumbuhannya yang sangat bagus," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
 
Menpar Arief memaparkan pertama, capaian pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Tanah Air dari waktu ke waktu selama tiga tahun ini menunjukkan grafik menanjak. Bahkan capaian Januari-Agustus 2017 ini, data terbaru naik 25,68 persen.
 
Arief membandingkan dengan pertumbuhan regional ASEAN tujuh persen, maka Indonesia naik 3,5 kali lipat dari rata-rata Asia Tenggara. Dia juga bandingkan dengan pertumbuhan wisatawan dunia, yang bertumbuh 6,4 persen. “Kita naik empat kali lipat dari rata-rata dunia,” kata Arief Yahya.
 
Jika dilihat sejak 2014, maka angka kenaikan itu cukup mengagumkan. Tahun 2014 sebesar 9,3 juta, tahun 2015 naik menjadi 10,4, lalu tahun 2016 menembus 12 juta, dan tahun 2017 sampai bulan Agustus sudah mencatat 9,2 juta.
 
Jumlah wisatawan nusantara juga naik dengan besar. Bulan Agustus 2017 ini, sudah menembus 200 juta pergerakan, dari proyeksi 180,5 juta wisatawan. Tahun 2016, dari proyeksi 260 juta terlampaui hingga 264 juta. Tahun 2015 juga melebihi target dari 255 juta, tercapai 256 juta.
 
Kedua, lanjut Menpar Arief Yahya, indeks daya saing Pariwisata Indonesia naik fantastis. Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, melompat ke posisi 50 besar di 2015, dan saat ini 2017 menembus papan 42 besar dunia. “Ini karena kita perkuat branding Wonderful Indonesia dan memperbaiki 14 pilar yang sudah disusun oleh TTCI (Travel and Tourism Competitiveness Index), World Economic Forum,” jelas dia.
 
Ketiga, Menpar Arief Yahya, menampilkan reputasi Indonesia di level dunia. Wonderful Indonesia selalu jawara di setiap kompetisi di sektor pariwisata dunia. “Tahun 2016, kita memperoleh 46 penghargaan dunia dari 22 negara. Tahun 2017 ini, kita sudah mengantungi 22 negara dari 10 negara,” ujarnya.
 
Dari tiga prestasi selama tiga tahun di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla itu, Menpar Arief menyebut masa depan Pariwisata akan semakin terbuka. Kinerja ini berkat CEO Commitment, yang ditunjukkan presiden selama memimpin kabinet kerja ini.
 
Pertama, pariwisata ditetapkan Presiden Jokowi sebagai leading sector dan sekaligus core ekonomi bangsa. Kedua, presiden sendiri sudah hadir dan mensupport pariwisata dengan menetapkan 10 destinasi prioritas, atau yang sering dipopulerkan dengan istilah 10 Bali Baru.
 
Ke-10 Destinasi Prioritas itu antara lain Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Borobudur di Joglosemar, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Komodo Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Morotai Maltara.
 
Ketiga, presiden sendiri sudah hadir langsung di banyak destinasi wisata tersebut. Selain di banyak momentum penting selalu menyampaikan pesan soal Pariwisata. Kawasan yang pernah didatangi Presiden Jokowi adalah Raja Ampat, Morotai, Labuan Bajo, Larantuka, Mandalika, Borobudur, Tanjung Lesung, dan Danau Toba.  
 
Sejumlah kegiatan karnaval, juga dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi. Seperti Karnaval Khatulistiwa 2015 di Pontianak, Pesona Danau Toba 2016 di Sumut, Karnaval Parahyangan Bandung 2017. “Semua itu menunjukkan komitmen yang tinggi dari Presiden Jokowi terhadap dunia Pariwisata,” kata dia.
 
Turut hadir dalam acara tersebut Menko Perekonomian Darmin Nasution, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong. Menpar juga menjelaskan, hasil riset World Bank tahun 2016 menyebutkan sektor pariwisata merupakan penyumbang yang paling mudah untuk devisa dan pendapatan domestik bruto (PDB).
 
"Untuk Indonesia, pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah," jelas Arief Yahya.
 
Sejumlah penghargaan dunia itu, dikatakan Menpar, sangat penting untuk tiga alasan yang dia sebut sebagai 3C yakni Calibration, Confidence, dan Credibility. "Bila kita mendapatkan penghargaan, maka self confidence anak bangsa ini naik," ujar Menpar Arief.
 
Kemudian yang kedua adalah Credibility. Jika dikomunikasikan dengan baik maka penghargaan (award) yang diperoleh dapat menjadi cara marketing yang paling efektif untuk image. Sehingga tidak perlu bersusah payah menyampaikan keunggulan yang dimiliki. Dalam hal ini pariwisata Indonesia.
 
"Sebuah penghargaan juga bermanfaat untuk menera apakah yang kita lakukan sudah benar sekaligus mengetahui posisi kita dibandingkan dengan yang lain. Inilah fungsi yang ketiga sebagai Calibration," ujar Arief Yahya yang hingga pukul 00.00 WIB semalam tagar #Pesona3ThJkwJk menghiasi daftar trending topic di Twitter.
 
Presiden Joko Widodo ujar Menpar telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu leading sector perekonomian bangsa. Jumlah wisman hingga tahun 2019 pun ditargetkan mencapai 20 juta kunjungan.
 
Sementara Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan bahwa pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas merupakan salah satu bentuk pembangunan perekonomian Indonesia sentris. "Yang tersebar di berbagai wilayah, sebagai salah satu bentuk pemerataan pembangunan," ujar Darmin Nasution.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement