REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Menteri Pariwisata Arief Yahya memastikan suasana Pulau Dewata Bali betul-betul aman. Dia berkunjung hingga ke Pura Besakih, yang jaraknya hanya 9 km dari pusat erupsi Gunung Agung. Pura Besakih termasuk daerah 'merah' hingga radius 12 km yang sudah harus dikosongi.
Kementerian Pariwisata juga telah membuat skenario untuk mempertahankan wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang ada di Bali. Arief Yahya mengatakan, dalam beberapa hari ke depan baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara diarahkan liburan ke Lombok. Skenarionya, Menpar menyebut 3A, Akses, Amenitas dan Atraksi. Khusus Akses, disiapkan alternatif jalan darat dan laut, jika bandara Ngurah Rai off.
"Kalau bulan ini terjadi anginnya ke barat, berarti skenario kami ke Lombok. Wisatawan yang ada di Bali akan disiapkan transportasi menuju Lombok," ujar Menpar Arief Yahya.
Skenario laut, para turis akan diangkut melalui moda transportasi laut dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur menuju Gilimanuk di Bali, pp. Arief menambahkan, jika ada 60 ribu orang, sebagian turis akan diangkut memakai kapal ferry. Sehingga ada sekitar lima unit kapal ferry yang disiapkan pemerintah.
"Kalau itu 5.000, kita ambil empat sampai lima kapal besar, seminggu selesai," cetus pria asal Banyuwangi ini.
Soal Amenitas, Menpar berkoordinasi dengan PHRI dan industri pariwisata untuk menyiapkan diskon khusus pada wisatawan yang terpaksa harus tinggal lebih lama karena bandara off. “Sedang disiapkan skenario, hari pertama diskon 100-80 persen, lalu diskon diturunkan secara bertahap,” kata Arief Yahya.
Soal Atraksi, Menpar Arief meminta hotel, bandara di Lombok, pelabuhan, dan lokasi pengungsian untuk disiapkan hiburan. Biar mereka merasa nyaman, selama masa erupsi.
Pascapenetapan status awas di Gunung Agung, Karangasem, Bali, Kementerian Pariwisata tak pernah berhenti memantau perkembangan menit per menit. Menpar Arief Yahya bahkan terjun langsung memantaunya sampai ke Pura Besakih, Kamis (5/10). Dalam kunjungannya, Menpar Arief Yahya didampingi Staf Khusus Bidang Komunikasi, Don Kardono, Kepala Dinas Pariwisata Bali, A.A Agung Yuni Budhiarta, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Arta Dipa, dan ketua STP Bali Dewa GN Byomantara.
Menpar Arief Yahya pun meminta masyarakat agar mengikuti setiap imbauan yang dikeluarkan lembaga pemerintah yang berwenang. Sedangkan untuk wisatawan, Menpar menyampaikan pesan agar tidak khawatir karena pemerintah sudah mempersiapkan rencana penanganan terhadap segala kemungkinan bencana.
"Crisis center-nya sudah dibuat diketuai oleh Gubernur Bali. Karena ini di Bali, ikon pariwisata Indonesia, maka istilah Crisis Center itu diganti dengan Bali Tourism Hospitality. Harus satu pintu (informasinya). Beritanya nggak boleh simpang siur," kata Arief Yahya.
Selain itu, Menpar juga mengganti istilah 'evakuasi' dengan 'mengantarkan' untuk memberi aksen pariwisata. “Biar tidak berkesan serem. Kita semua bergerak, dan mempersiapkan segala risiko yang bisa terjadi,” ujar dia.
Arief Yahya menjelaskan, Kementerian Pariwisata telah memimpin pembentukan #BaliTourismHospitality, berkoordinasi dengan pelaku pariwisata di Bali. Tim ini untuk memberi informasi kepada pelaku pariwisata ini sudah mulai berjalan sejak pekan lalu.
"Yang pertama kita harus menimbulkan rasa aman buat masyarakat sekitar Gunung Agung. Begitu juga untuk wisatawan, customer kita, segala sesuatunya sudah disiapkan untuk keamanan mereka juga," kata Menpar Arief Yahya.