REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan tren mode akan selalu diikuti dengan tren di bidang kosmetik. Saat desainer mode yang muda bermunculan, begitu pula dengan penata rias.
Salah satunya, penata rias Intan Sahrini asal Indonesia yang kini menjejakkan kariernya di Amerika Serikat. Ia menjalani sebuah usaha didasari dengan hobi. Baginya, hobi bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang menjanjikan sekaligus ada kepuasan tersendiri.
Menurutnya, menjadi seorang penata rias profesional tentu saja tantangan terbesarnya adalah membuat wajah seseorang terlihat cantik dan menawan dengan balutan riasan dari tangan terampilnya. Tidak hanya keahlian saja yang dibutuhkan, tetapi mengetahui detail bagaimana teknik-teknik dalam berdandan juga sangat penting.
"Terus semangat belajar, memperdalam atau mengasah terus tangannya, terus cari riasan atau kriteria riasam di Google, Pinterest atau media sosial dan aplikasikan langsung dengan orang, bisa keluarga, teman ataupun kliennya," ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta.
Intan yang telah menekuni bidang tata rias sejak 2000 ini telah berhasil berkiprah di Amerika. Namun, suka duka pernah ia rasakan seperti dikeluhkan oleh klien.
Justru dari situlah Intan semakin belajar dandan hingga mampu mewakili perias Indonesia di ajang New York Fashion Week 2015 lalu. "Tantangannya juga banyak, pertama dari warna kulit berbagai macam, misal orang Amerika ingin dirias harus natural sesuai jenis kulitnya tantangan saya harus bagaimana merias orang tampil cantik tanpa harus merubah warna kulitnya, hitam tetap hitam, putih tetap putih dan cokelat tetap cokelat," ucap Intan.
Untuk itu, Intan menyarankan agar tidak mudah menyerah apabila dikritik pelanggan. Justru kritik adalah semangat membangun untuk menjadi lebih pintar dan sukses, semakin banyak merias muka orang semakin mengetahui karakter tiap orang.
"Di Indonesia persaingan dunia tata rias di sini sedang boom. Banyak sekali make up artist yang akhirnya saling sikut menyikut dan saling menjatuhkan. Dan masih ada yang rasis dengan kita. Kadang saya tidak diterima oleh mereka ataupun sebaliknya mereka sangat welcome sekali dengan kita," tuturnya.
"Saya belum disebut sukses tetapi saya pun masih terus belajar untuk tahap sukses di Amerika, saya hanya terus semangat untuk terus belajar, tidak ada kata selesai untuk belajar bagi saya untuk memberikan jasa yang terbaik untuk klien. Dan selalu rendah hati menerima kritikan dan saran dari semua pelanggan aku," tutupnya.